58. Ternyata Rencananya

1222 Kata

“Apa kau mau melihat orang tuamu mati berdiri?! Kami membesarkanmu bukan untuk menjadi anak kurang ajar! Bukan untuk menjadi sampah masyarakat, kenapa kau melempar kotoran pada muka orang tuamu?!” teriak Abimana hingga tenggorokannya sakit. Tak dapat dijelaskan seperti apa lagi perasaannya saat ini, kecewa, marah, sakit hati, semua itu bercampur menjadi satu. Saat ini Shakila telah berada di rumahnya setelah perjalanan panjang. Perjalanan terasa begitu lama karena keadaan yang tidak baik-baik saja. Dalam perjalanan Abimana hanya diam bahkan meski Shakila menangis menjelaskan, pria itu seakan sengaja menutup telinga. Luapan kemarahannya baru dikeluarkan saat tiba di rumah. Sementara itu, Amanda hanya bisa menangis. Meski dalam perjalanan Shakila berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya te

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN