Shakila membuang muka, pipinya menggembung dengan mulut mengerucut dan kedua tangan bersedekap d**a. Sementara itu Julian berusaha menahan sudut bibirnya agar tak terus terangkat. Saat ini mereka telah duduk di kursi restoran di sudut ruangan di mana Shakila telah menceritakan apa yang terjadi. “Ehm.” Julian berdehem berusaha mengakhiri situasi. “Jadi, sudah tahu alasan ayahmu?” “Belum,” jawab Shakila. Sebenarnya dirinya merasa canggung bukan hanya karena malu mengira dirinya terlambat dan Julian meninggalkannya, tapi juga karena malu mengingat seperti apa hubungan mereka sekarang. Sekarang hubungan mereka lebih spesial dari sekedar majikan dan babysitter. Julian hanya diam tenggelam dalam pikiran. Ia mengajak Shakila bertemu untuk membicarakan masalah tersebut tapi, saat bertemu Sha