Isvara kembali bekerja seperti biasa tidak ada beban meski kemarin dia telah dipermalukan Cindya. Tidak ada perasaan malu apalagi rendah diri mengingat dia adalah anak emas perusahaan ini terlebih dia tidak melakukan apa yang dituduhkan Cindya. “Bu, Ibu baik-baik aja, kan?” Meriana menyapa Isvara yang tengah melewati mejanya pagi ini. Isvara menghentikan langkah, bibirnya tersenyum. “Saya baik, Mer.” Setelah itu melanjutkan langkah masuk ke dalam ruangannya diikuti Meriana. “Saya dengar cerita dari karyawan lain tentang Ibu yang dilabrak bu Cindya kemarin, saya nyesel pulang duluan … tahu kalau akan ada kejadian ini mungkin saya enggak akan pulang duluan agar bisa ikut menjelaskan sama bu Cindya.” “Enggak apa-apa, Mer.” Isvara kembali tersenyum. “Kenapa sih Ibu enggak resign

