Prihatin

1115 Kata

Perjalanan pulang ke rumah kali ini terasa berat, sekarang Adrian yang mengemudi dan pria itu melajukan kendaraan dengan kecepatan rendah. Banyak mobil menekan klakson sambil menyalip mobil Adrian. Adrian bergeming, tatapannya lurus ke depan namun kosong. “Mas … aku yang nyetir ya.” Aruna mengusap pelan lengan Adrian. Pria itu menoleh dengan senyum meledek, bukan meledek Aruna tapi meledek dirinya sendiri yang terlihat lemah. “Kamu pasti berpikir kalau aku cengeng ya?” tebak Adrian diakhiri dengkusan. “Enggak, siapa bilang … aku justru prihatin, Mas … aku juga sedih bayangin Ara enggak jadi anak kita lagi.” Suara Aruna terdengar serak menahan tangis. “Ara memang bukan anak kita.” Adrian bergumam. Meski berkata demikian tapi Aruna bisa melihat raut wajah Adrian yang terlihat tidak r

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN