"Apa pekerjaanmu sudah selesai?" Tanya Morgan kepada Lisa.
"Sir, lembur juga?"
"Iya, apakah masih belum selesai?" Morgan mengulang kembali pertanyaannya..
"Ah ... tidak Sir, ini tinggal membereskan barang." Sambil menyusun barangnya.
"Kalau begitu kita pulang bersama"
"Tidak perlu, soalnya..."
"Tidak ada penolakkan, karena ini sudah sangat larut." Ucap Morgan, jika sudah seperti ini Lisa tidak bisa menolak lagi.
"Sir, aku turun di sini saja." Ucap Lisa membuat Morgan memberhentikan mobilnya.
"Tapi Apartemen mu masih jauh"
"Aku ingin membeli sesuatu terlebih dahulu, kalau begitu terima kasih atas tumpangannya." Ucap Lisa sambil melepas sabuk pengamannya segera turun dari mobil Morgan.
Morgan yang memandang sosok Lisa dari spion kaca mobil dengan tatapan kecewa. Sebenarnya Morgan tidak lembur, dirinya melihat Lisa yang lembur membuatnya ikutan lembur untuk mengajaknya pulang bersama walaupun dengan berbohong bahwa rumahnya sejalan dengan Apartemen Lisa.
Lisa berjalan sendiri di sepanjang jalan yang penuh dengan turis maupun orang lokal. Lisa ingin membeli croissant untuk sarapan besok di pagi harinya.
Ten yang sedang menuju jalan pulang ke Penthousenya. Saat lampu menunjukkan warna merah, mobil pun berhenti. Saat Ten memandang luar jendela, matanya menyipit saat melihat sosok yang di kenal.
Ten menajamkan penglihatannya, mengenal sosok wanita yang sedang berjalan sendirian. Ten mengambil topinya lalu menepuk bahu Agas "Kalian pulanglah tanpa aku." Lalu keluar dengan topi yang sudah terpasang.
Lisa yang berjalan santai sambil menikmati angin dingin tiba-tiba terkejut saat seseorang membekap mulutnya, Lisa langsung meronta "Bmmmphh."
"Ssshhh... Ini aku!" Lisa yang melihat orang itu adalah Ten langsung marah dan memukul Ten bertubi-tubi.
"Jahat! Jahat! Aku kira penjahat yang ingin mencelakai aku." Ucap Lisa yang sudah ingin menangis.
Ten yang melihat wajah nangis Lisa langsung membekapnya ke dalam pelukannya sambil berucap "Maaf, maafkan aku." Lisa memukul d**a Ten sambil menangis.
"Maafkan aku, aku hanya ingin mengerjaimu saja, tidak tahunya membuat dirimu begitu takut." Ucap Ten sambil mengelus punggung Lisa.
"Jangan lakukan itu lagi! Aku tidak suka!" Sambil melepas pelukan Ten dan menatap wajahnya.
"Une promesse (Janji)"
"Sedang apa kamu disini?" Tanya Lisa.
"Kenapa? Apa karena aku Superstar tidak boleh ke tempat keramaian seperti ini?" Tanya balik Ten membuat Lisa memutar bola matanya lalu membalikkan badannya kembali melangkah "Terserah! Bukan urusanku juga."
Ten terkekeh melihat mood Lisa yang begitu cepat berganti dan mulai melangkah berjalan sejajar bersamanya. "Kenapa malam begini masih berkeliaran?"
"Bukan urusanmu." Dengan dingin Lisa berkata tetapi itu tidak membuat Ten marah, malah tambah semangat mengikuti langkah Lisa.
Lisa tidak mempedulikan Ten yang mengikutinya sampai tiba di sebuah Patisserei kesukaan Lisa.
"Bienvenue, Lisa! Sudah lama kamu tidak datang?" Sambut seorang pria yaitu Charles yang langsung memeluk Lisa dengan erat.
"Maafkan aku, yang sudah lama tidak mampir disini." Ucap Lisa dengan wajah sedihnya.
Ten yang melihat pria yang memeluk Lisa tidak melepaskan tangannya dari pinggang Lisa membuatnya marah.
"It's okay sweety, kamu ingin apa sweety? Ambil saja sendiri, aku akan mengurus pelanggan yang lain." Lisa menganggukan kepalanya lalu memilih apa yang dia mau.
Ten yang berada di belakang Lisa ikut memilih aneka kue dan roti yang ada disana dan meletakkan ke dalam keranjang Lisa. Lisa yang menatap Ten sekilas "Aku juga mau jadi sekalian saja karena disini terlalu padat, nanti aku akan mengganti uangmu."
Setelah selesai memilih, Lisa memberikan kepada wanita kasir yang bernama Pricil "Siapa pria yang ada di belakangmu?" Tanya Pricil sambil memperhatikan Ten yang menunduk wajahnya.
"Hanya kenalan saja." Jelas Lisa sambil menyerahkan kartunya, Ten yang mendengarnya langsung mendongakan kepalanya menatap tajam Lisa tetapi malah di balas Lisa dengan tatapan tak kalah tajamnya.
"Je rentre d'abord à la maison Charles, bye (Aku pergi dulu Charles, bye)." Sambil memberi kecupan jauh dengan tangannya.
"Très bien, je te rendrai visite plus tard (Baiklah sweety, aku akan mengunjungimu nanti)." Di balas anggukan kepala Lisa.
"Ini punyamu, tidak perlu bayar anggap sebagai traktiran karena waktu itu sudah mentraktirku makan. Kalau begitu selamat tinggal." Ucap Lisa yang langsung pergi meninggalkan Ten tetapi di tahan olehnya.
"Ada apa lagi? Aku sudah sangat lelah dan ingin cepat beristirahat." Keluh Lisa dengan wajah lelahnya.
"Aku tidak mempunyai uang untuk pulang." Bohong Ten kepada Lisa.
Lisa menghela napasnya, membuka tasnya. Ten langsung menghentikan Lisa mengeluarkan dompetnya "Percuma kamu memberiku uang, tempatku sedang di renovasi."
"Kalau begitu pergi ke Hotel atau tidak ke tempat Managermu itu"
"Tidak bisa! Agas mungkin sedang meniduri para jalangnya sedangkan untuk menginap di Hotel akan sangat membahayakan bagiku yang seorang Superstar"
"Jadi mau kamu apa?" Sambil menahan cuaca yang semakin dingin karena ini sudah masuk musim gugur.
"Biarkan aku menginap di tempatmu?" ucap Ten membuat Lisa kembali melangkah meninggalkan Ten tanpa mendapatkan jawaban.
Ten langsung mengejar Lisa "Apa arti diam mu adalah iya?" Langkah Lisa terhenti dan menatap Ten lalu menjawab "Tidak."
"Hanya malam ini? Aku tidak membawa apapun saat ini? Dompet maupun ponsel?"
"Bagaimana kamu bisa tidak membawa apapun saat ke sini? Jangan membohongiku?" Lisa kembali melangkah.
"Apa yang aku katakan itu benar? Saat aku melihatmu berjalan sendiri, aku langsung berlari menuju ke arahmu tanpa membawa barangku"
"Itu adalah salah mu sendiri, untuk apa kamu menghampiriku bahkan kita kenal saja tidak?"
"Itu... Itu karena..." Ten juga binggung dengan dirinya sendiri, kenapa saat melihat Lisa dirinya langsung begitu semangat ingin menemui dan melihat wanita bar-bar ini. Ini seperti bukan dirinya.
"Sudahlah aku ingin segera pulang ke Apartemenku dan beristirahat." Ujar Lisa melewati Ten.
"Please!" Untuk pertama kalinya Ten memohon kembali. Terakhir kali Ten memohon adalah sejak kecil dan itu memohon kepada Thomas.
Lisa yang mendengarnya berhenti melangkah "Aku mohon hanya malam ini saja." Ucap Ten kembali memohon kepada Lisa yang sudah membalikkan badannya menatap Ten.
Sepertinya memang benar, ada yang salah dengan diri Ten, entah kenapa dirinya ingin berada di samping Lisa dan dalam pikirannya, saat terbangun nanti wajah Lisa yang dia lihat saat membuka matanya.
Lisa merasa telinganya bermasalah "Bagaimana mungkin seorang Superstar sampai memohon untuk tinggal bersamanya" ujarnya di dalam hati.
"Baiklah, hanya malam ini saja." Ten yang mendengar Lisa memperbolehkan dirinya menginap di tempatnya langsung tersenyum bahagia, tidak sia-sia ia memohon. Ten langsung berlari mengejar Lisa sambil mengambil barang belanjaan Lisa dari tangannya.