Sesampai di Apartemen Lisa, Ten mengamati ruangan Apartemen Lisa begitu minimalis dan terasa nyaman baginya.
Lisa tidak memperdulikan Ten yang mengamati Apartemennya, dirinya menyimpan patisserie yang dia beli tadi.
Tatapan Ten jatuh pada foto yang terpasang di dinding dan juga di beberapa rak. Itu adalah foto Lisa dengan seorang pria yang Ten kenal yaitu Brian Bac.
"Pria ini? Kekasihmu?" Tanya Ten kepada Lisa yang sudah menyiapkan baju ganti dan handuk untuk Ten.
"Bisa di bilang begitu, jika kamu berpikir seperti itu. Ini baju baru dan handuk, segera pergi bersihkan diri, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu"
Ten mengambil baju dan handuk itu lalu segera pergi menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi, Ten melihat Lisa sedang menonton televisi sambil meminum segelas coklat panas. Ten menghampiri Lisa dengan duduk di sampingnya. Lisa meraih gelas satunya lagi di meja, menyerahkan kepada Ten tanpa mengalihkan tatapan dari layar televisi.
Ten yang melihat wajah serius Lisa menonton drama itu langsung mengganti channel program televisi itu dan membuat Lisa berkata dengan keselnya "Kenapa kamu mengganti programnya? Itu lagi seru?"
"Tidak seru, Lihat acara sepak bola lebih seru." Langsung mendapat cubitan di perut Ten.
"Auchhh... sakit Lisa." Keluh Ten.
"Tahu apa yang kamu perbuat bisa membuatmu rugi, jika tubuhku memiliki memar ataupun goresan karena perbuatanmu?"
"Apa? Berani ancam aku? Apa mau aku usir dari Apartemenku?" Ancam balik Lisa membuat Ten terdiam dan tidak berani berkata lagi.
"Ini bantal dan selimut untukmu, karena hanya ada satu kamar jadi kamu tidur di sofa ini" setelah itu Lisa bangkit dari duduknya pergi menuju kamarnya.
"Tapi Lisa, bagaimana aku bisa tidur di sofa ini?"
"Kalau tidak bisa tidur? Maka pulanglah!" Teriak Lisa di dalam kamarnya.
Ten merutuki nasibnya yang ingin tidur bersama dengan Lisa, gagal sudah. Ten meletakkan bantalnya di ujung sofa lalu membaringkan badannya di sofa keras ini dengan selimut yang menutupi tubuhnya.
Bisa kalian bayangkan seorang Superstar dan pengusaha nomor satu di dunia, tidur di ruang tamu, di sofa keras lagi. Hanya karena wanita bar-bar bernama Lisa, Ten rela tidur seperti ini. Jika Agas melihat dirinya begini, Ten jamin 1000% akan menyembah Lisa sebagai daking untuk melawannya.
Tak terasa Ten tertidur juga, sampai pagi menjelang. Lisa yang masih terlelap tidak ingin bangun dari tidurnya, posisi ini begitu nyaman baginya, dalam benaknya apa Brian sudah kembali?.
Terdapat pengerakan, pelukan itu semakin erat membuat Lisa sangat nyaman dan membalas pelukan itu dengan menggelamkan wajahnya lebih dalam ke d**a Brian.
Lisa menghirup aroma tubuh Brian yang sudah menjadi kesukaannya, tetapi tunggu sebentar. Aroma Brian tidak seperti ini. Bau tubuh Brian beraroma citrus sedangkan yang ini mint, Lisa langsung membuka matanya mendapati sebuah tubuh di depannya.
Lisa menggangkat kepalanya ke atas, mendapati bahwa yang memeluknya adalah Ten. Lisa langsung mendorong tubuh Ten menjauh darinya, alhasil membuat Ten terbangun dan malah menarik Lisa kembali untuk dipeluknya.
"Ihh.. Lepasin!" mendorong tubuh Ten tetapi kalah kuat karena pelukannya sangat erat.
"Diamlah dan kembali tidur! Aku masih ngantuk." ucap Ten terseyum tipis dan kembali tidur dengan Lisa dalam pelukannya.
Lisa yang kesel dan marah, tidak bisa berbuat apapun karena pelukan Ten sangat erat dan akhirnya dia menyerah dengan kembali menutup matanya untuk mencoba kembali tidur.
Lisa tidak tahu bahwa Ten semalam dengan sengaja menunggu Lisa sudah tertidur, memasuki kamarnya dan berbaring di sebelahnya dengan membawa kepelukannya. Inilah yang Ten harapkan sampai dia memohon dan berbohong kepada Lisa agar dapat memeluknya seperti ini.
Ten tidak tahu, mengapa dirinya menjadi seperti ini? Saat pertama kali bertemu dengan Lisa, menyatakan dirinya pencuri dan menggigit tangannya. Ten sudah tertarik dengan wanita itu dan berharap mereka di pertemukan kembali. Rupanya harapannya terkabul saat di acara Fans meetingnya, wanita itu merupakan lucky Fannya.
Di dalam hati Ten begitu senang karena akhirnya bertemu kembali wanita itu, saat Host menanyakan namanya, wanita itu menyebut Lisa. Ten langsung tersenyum, menyimpan nama Lisa di dalam hatinya.
Lisa begitu menarik bagi Ten, dirinya mengaku tidak mengenal dan bukan merupakan Fans nya. Tetapi bisa hadir di acara Fans meetingnya. Tentu saja Ten tidak akan dengan mudahnya mempercayai apa yang di katakan oleh Lisa, di dunia ini masih ada yang tidak mengenalnya, itu bukan lelucon yang lucu?.
Apalagi makan malam itu hati Ten berdebar, ketika Lisa ingin menyuapinya, seumur hidup Ten tidak pernah di suapi bahkan oleh Lassie kekasihnya sendiri. Sejak saat itu Ten tidak bisa menghilangkan sosok Lisa dalam pikirannya, rasa nyaman dan selalu ingin melihat wajah Lisa. Maka semalam saat Ten melihat Lisa, dirinya langsung menghampirinya.
Ten yang sudah terbangun dari tidurnya memandang wajah Lisa yang begitu polos. Tidak ada rasa bosannya Ten memandang wajah Lisa, tangannya mencubit kedua pipi tembem Lisa, "Bangun ini sudah siang, dasar babi!" alhasil membuat wanita itu bangun dan menatap Ten marah.
Ten bukannya takut, malah tertawa. "Harusnya yang babi itu kamu!" ucap Lisa marah menuruni ranjang, keluar dari kamar meninggalkan Ten yang masih berbaring dengan senyuman di wajahnya.
Lisa menyeduh kopi serta menghangatkan patisserie yang dia beli semalam. Ten yang menuruni tangga mendapati Lisa yang berkutat di dapur langsung menghampirinya. Lisa menatap Ten sekilas, menyodori piring yang berisi croissant yang di beli semalam, lebih tepatnya Lisa yang membelinya dan segelas kopi kepada Ten.
"Aku tidak tahu kamu suka kopi atau tidak? Jadi segeralah habisi makananmu dan pergi dari Apartemenku." usir Lisa.
"Apa yang akan kamu lakukan hari ini?" tanya Ten sambil mengunyah makanannya.
"Tentu saja pergi kerja"
"Dimana kamu berkerja?"
"Perusahan T.R"
"Kalau begitu aku ikut ke tempat kerjamu." ucap Ten santai sambil tersenyum di sela meminum kopi buatan Lisa. Satu kata dari pikiran Ten "Enak."
Lisa yang malas berdebat dengan Ten hanya diam dan melanjutkan sarapannya setelah itu bergegas mempersiapkan diri untuk pergi kerja.
Ten sedang duduk di ranjang memperhatikan Lisa sedang berdandan, Ten menghampirinya menarik ikat rambutnya membuat rambut panjangnya tergerai.
"Kamu lebih bagus dengan rambut tergerai." Ujar Ten yang sebenarnya tidak menyukai leher jenjang Lisa terekspos.
"Aku tidak butuh pendapatmu." Langsung keluar mengambil tasnya.