"Disaat aku bernafsu, kau tidak bisa lari. Puaskan aku dulu. " ujar pemilik salon itu yang Langsung menggerakkan pinggulnya, dan meremas dia gunung kembar Arina kuat, tidak peduli meski pemilik salon itu mendengar suara tangis Arina, tapi pemilik salon itu juga sebenarnya tidak tega untuk tetap melakukannya, tapi karena dia sudah dikuasai oleh nafsu, dan juga tidak bisa menunggu orang lain untuk jadi pelampiasan, akhirnya pemilik salon itu mengabaikan rasa tidak pedulinya terhadap Arina. karena pemilik salon itu tahu seperti apa rasa sakit yang dirasakan oleh Arina, menjadi pemilik salon itu mencoba untuk melakukannya dengan pelan, dan penuh kelembutan, mencoba untuk memberi pengertian sedikit pada Arina. "sakit? " tanya pemilik salon itu dengan nada lembutnya setelah menjeda pinggulny

