“Maaf, Pak Dimas. Saya buru-buru, ini Nona Andrea sudah benar-benar mabuk,” ujar Tari sebelum menutup teleponnya. Dia sangat kerepotan berurusan dengan Andrea yang bicaranya sudah kacau dan terkadang merengek sambil menangis, entah apa yang dia tangisi. “Baiklah.” Tari lega saat mendengar suara Dimas yang mengakhiri panggilan, dan tidak lagi memberi perintah apapun kepadanya selain mengurus Andrea. Untungnya ada yang ikut membantu Tari malam itu, dia Edwin, anak Jarvis yang merupakan teman lama Dimas dan Dimas pun mengenalnya. *** Sementara itu, setelah Dimas pergi meninggalkan kamarnya, Kinanti meringkuk di atas tempat tidur, dan dia masih merasakan betapa hangatnya pelukan dan sentuhan Dimas. Dia mengingat setiap bagian tubuhnya dikecup bibir Dimas dan disentuh dengan jari-jarinya