Darsa menatap Rasta.. "Bisa kau jelaskan, Rasta. Apa ini sebenarnya?" Desis Darsa dengan tatapan tajam pada Rasta, dan Rayana. "Duduk dulu, Pangeran. Biar aku jelaskan." Rasta menunjuk sofa. Darsa menarik nafas, berusaha meredakan emosinya. Ia marah karena merasa dipermainkan oleh Rasta, juga Rayana. Darsa duduk di sofa, begitu juga dengan Rasta, dan Rayana yang duduk bersisian. "Begini, Pangeran. Ehmm ... Puteri Rayana ini sebenarnya ... dia adalah istri saya." Rasta menunjuk Puteri Rayana yang duduk di sampingnya. "Apa!? Tapi kenapa kamu katakan dia calon istriku yang dipilihkan Ratu!?" Emosi Darsa naik lagi, karena merasa didustai, oleh orang yang sangat dipercayai. "Maaf, Pangeran. Itu hanya sebuah sandiwara. Kehadiran Puteri Rayana di sini, sesungguhnya untuk mendidik seseorang y