Pagi ini Dita sudah sibuk memeriksa tas dan kopernya, wanita itu mencari-cari kacamata daruratnya. Ya, kacamata yang biasa dia gunakan jika semalaman menangis. Hal itu bukan tanpa alasan, Dita menangis sampai matanya sembap karena hatinya sesak. Entah mengapa Dita sulit menerima kenyataan kalau Indra mengantar Rani pulang, padahal dia tak hentinya mengingatkan pada dirinya sendiri kalau itu sekadar mengantar pulang yang katanya ‘kebetulan’ ban motor Rani bocor. Ya, mereka tidak kencan atau semacamnya. Namun, tetap saja rasa cemburu itu selalu ada, bahkan rasa sakit hati turut menyempurnakan tangisan Dita semalaman. Pertemuan dengan para kolega berjalan lancar meski pikiran Dita masih belum sepenuhnya membaik. Sampai saat ini, Dita merasa ada yang mengganjal di hatinya. Saka berusaha men