“Bali panas banget ya, untung ada es kelapa.” Dheana terus menyesap es kelapa miliknya. “Kamu kenapa?” Dheana menatap bingung ke arah Andara, pasalnya sejak tadi lelaki itu terus menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. “Aku yang seharusnya bertanya, kamu kenapa?” Dheana menunjuk ke arah dirinya sendiri. “Aku? Aku nggak apa-apa, aku cuman haus. Kamu mau pulang buru-buru? Ayo kalau gitu, aku bisa minta bapak penjual bungkus es kelapanya.” Dheana mengangkat satu tangannya, hendak memanggil si penjual es kelapa, tapi Andara sudah terlebih dulu menahan tangannya. “Nggak! Ya ampun kami kenapa sih?!” Dheana menatap bingung ke arah Andara. “Emangnya aku kenapa? Apa aku bikin kamu kesel?” “Iya!” Sentaknya. “Sangat!” “Coba jelaskan apa yang membuat kamu kesal? Jujur, aku nggak tah