Kalau saja hari itu jadwal kerja Vian tidak sedang padat-padatnya, sudah pasti dia langsung putar arah menyusul istrinya. Demi Tuhan jantungnya nyaris berhenti berdetak, ketika mendapat laporan dari Pras tentang ulah gila Vina yang nyaris mencelakai Lean. Sumpah serapah Vian menyembur keluar semua. Tangannya yang sedang memegang roda kemudi gemetar hingga terpaksa menepikan mobilnya sejenak, sampai semua kembali normal lagi. Dia tetap saja syok meski sudah menelpon bicara dan melihat sendiri keadaan istrinya yang baik-baik saja. Dari pagi dia tidak fokus kerja kepikiran istrinya. Tidak bisa dibiarkan, bagi Vian kali ini apa yang dilakukan Vina sudah kelewat batas. Bukan lagi menyakiti hati, tapi sudah hampir membunuh Lean. Jadi Vian pun tidak berpikir dua kali untuk memenjarakan adik tiri