9

1124 Kata
       Karena sudah banyak pasang mata yang mulai mengalihkan perhatian padanya, Zahira segera berlari ke toilet dan mengeluarkan semua air mata yang dia tahan dari tadi. Meski Arkan sering membuat hatinya hancur tapi kali ini rasanya lebih dari biasanya karena ada campur tangan dari kekasih Arkan yang bernama Rosalia.  Zahira memegang dadaanya yang terasa nyeri dan berusaha menghentikan tangisnya agar tidak meninggalkan jejak karena ada ibu dan abangnya yang harus dia temui setelah ini.  Namun kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulut Rosalia dan ekspresi tidak suka Arkan terus-terusan berputar dipikirannya sehingga tangisnya tak kunjung bisa berhenti.  “Kuat Ra, kamu harus kuat menghadapi ini semua ...,” ucap Zahira pada dirinya sendiri agar di senatuasa diberikan kekuatan dan ketabahan menghadapi ujian dari Alloh.  Setelah dia mulai tenang dan bisa menyungkirkan pikira-pikiran negatif yang terus menyerang kepalanya Zahira membersiahkan wajahnya dari sisa-sisa air mata dan membasuh wajahnya beberapa kali. Dia berharap abang dan ibunya tidak terlalu memperhatikan perubahan diwajahnya.  Setelah memperhatikan kembali wajahnya, Zahira merasa wajahnya masih cukup sembab karena dia tidak membawa bedak atau lipstik yang bisa menyamarkan perubahan diwajahnya. Akhirnya dia keluar dari toilet dan mencari toko kosmetik yang paling dekat dengan toilet untuk membeli bedak serta beberapa barang yang dia butuhkan memakai kartu atm yang sudah Arkan berikan padanya.  Akhirnya Zahira bisa menyamarkan wajah sembabnya dan bisa bertemu dengan ibu dan kakaknya dengan tenang.  “Rara kamu dari mana saja ke toilet kok lama banget.” Tegur Sumi dengan mimik wajah khawatir saat Zahira baru sampai di meja tempat mereka makan.  “Maaf, bu, aku tadi kebingungan cari jalan balik ke sini.”  “Hmm ... kebiasaan pikunnya kumat,” celetuk Danan yang sedari tadi sibuk bermain ponsel.  “Yasudah kita langsung makan yuk, Rara udah lapa banget nih.”  Zahira tetap berusaha menunjukkan senyum ceria seakan tidak pernah terjadi sesuatu yang buruk padanya.  “Eh, Ra, abang tadi lihat Arkan waktu nyusulin kamu di toilet.”  Zahira langsung tersedak saat sang kakak mengatakan telah bertemu Arkan di mall ini. Itu berarti Danan pasti juga melihat Arkan sedang bermesraan dengan Rosalia.  “Tapi dia juga lagi sama teman-temannya sih mau nyapa nggak enak.”  “Abang nggak salah lihat?” Tanya Zahira lagi karena jelas-jelas dia melihat Arkan sedang bersama Rosalia.  “Nggak lah, gini-gini abang sudah hafal sama wajah suami kamu.”  Zahira memilih mengangguk dan lanjut memakan olahan cumi-cumi yang sudah dipesan. Lebih baik dia menyembunyikan semuanya sendiri dan berusaha memperbaiki sendiri juga agar semuanya tidak runyam.  “Danan, setelah ini kita pulang aja biar Rara ada di rumah waktu suaminya pulang,” ucap sang ibu yang sudah selesai makan.  “Nggak apa-apa bu, Mas Arkan pasti paham kalau aku lagi jalan-jalan sama ibu.” “Enggak boleh gitu, Ra, kamu harus ada dirumah waktu suami kamu pulang. Sambut dia, layani dia, dan temani dia saat akan tidur.”  Zahira menggenggam tangan ibunya yang sudah tidak kencang lagi. Ibunya adalah panutan dan idolanya dari kecil, selain menjadi ibu yang baik dan luar biasa hebat, dia juga seorang istri yang selalu berbakti pada suaminya.  “Aku pengen jadi seperti ibu,” ucap Zahira dengan suara serak dan mata yang mulai berkaca-kaca. Sumiati menggeleng dan mengusap kepala Zahira yang tertutup khimar berwarna peach. “Kamu harus jadi wanita yang lebih baik dan lebih kuat daripada ibu, nak.” Zahira langsung meneluk tubuh ibunya dan kembali menunpahkan air matanya disana.  “Sudah, jangan nangis ibu yakin kamu pasti bisa menjalankan pernikahan ini wajar kalau sekarang kamu merasa berat.”  Zahira mengangguk di dalam pelukan ibunya.  “Kalau ada apa-apa jangan sungkan cerita ke ibu, jangan di pendam sendiri.”  Zahira melepas pelukannya dan mengusap air matanya yang membasahi pipinya. “Tolong bantu Rara agar menjadi istri yang baik untuk mas Arkan.”  ****         Setelah pulang berjalan-jalan dengan ibu dan abangnya Zahira langsung mengurung diri di dalam kamarnya dengab Arkan. Meski tak ingin tapi pikirannya terus menerun memikirkan tentang Arkan dan Rosalia. Dia sangat takut kalau suatu hari dia akan dibuang karena Arkan memilih hiduo berumah tangga dengan Rosalia.  Zahira begitu ketakutan sekarang kalau suatu saat hal itu akan menimpa hidupnya. Dia ingin menikah sekali seumur hidupnya dan mengumpikan rumah tangga yang bahagia dan anak-anak yang lucu dan menggemaskan.  Zahira langsung fokus pada layar ponselnya yang sedari tadi berkedip dan mengeluarkan nada dering khas panggilan masuk. Dengan cepat dia langsung menyahut ponselnya dan mengangkat panggilan dari Arkan.  “Halo, kamu dimana?”  “Assalamu’alikum, Mas Arkan.”  “Wa’alaikumsallam, kamu dimana?” Suara Arkan terdengar dingin seperti saat mereka pertama kali bertemu.  “Aku sudah di rumah Mama, tadi ibu sama abang cuma ajak aku ke mall.” “Kamu nggak bilang macam-macam kan sama ibu dan kakak kamu? lain kali kalau kamu ketemu Lia lebih baik kamu menghindar dan pergi sejauhnya karena Lia sangat kejam.”  Zahira hanya mengangguk samar meski Arkan tidak akan mengetahui.  “Oh ya, malam ini nggak usah nunggu saya pulang.” Lanjut Arkan mengganti topik obrolan.  “Mas Arkan dimana?”  “Malam ini saya menemani Lia, kalau bunda atau ayah tanya bilang aja ke luar kota selain itu jangan bicara apa-apa lagi.” Luka pertama yang mereka torehkan belum kering kini luka itu kembali disiram oleh air garam yang membuat hatinya semakin perih.  “Sebaiknya mas Arkan pulang.”  “Nggak usah ngatur-ngatur saya, Ra! saya nikah sama kamu bukan karena saya mau jadi jangan sok-soakan urusin hidup saya.”  Setelah mengucapkan itu panggilan mereka terputus sepihak dan lagi-lagi Zahira harus menelan pil pahit kehidupan. “Yallah, tolong berikan suami hamba hidayah dan arahkan menuju jalan yang benar.”  ****         Arkan kembali mengantongi ponselnya dan masuk kedalam kamar Rosalia karena wanitanya sudah menunggu disana. Sebenarnya dia tidak ingin menginap disini karena dia belum bisa terbebas dari mata-mata Papa dan Mamanya tapi kalau dia tidak menuruti kemauan Rosalia dia akan marah besar dan menbuatnya merasa sangat bersalah.  “Sayang ayo sini jangan sibuk terus.” Rosalia menepuk tempat disampingnya dan berlagak seperti anak kecil yang membutuhkan pelukan seorang ayah.  “Aku telfon Zahira biar dia nggak kebingungan waktu ditanya Mama Papa.”  “Seepertinya kamu mulai tertarik sama dia, daru kemarin perhatian terus!”  Arkan ikut berbaring disamping Rosalia dan memeluk tubuhnya dari samping. “Nggak ada ketertarikan dan nggak ada perhatian kecuali saat aku melangsungkan drama.”  “Awas kalau kamu sampai tertarik sama dia!!”  Arkan terkekeh dan mencium kening kekasihnya beberapa kali. “Seperti yang kamu katakan sayang, Zahira masuk ke kadang yang salah suatu saat aku akan benar-benar melenyapkan dia dari hidupku dan dari hidup orang tuaku karena hanya kamulah satu-satunya wanita yang berhak menyandang gekar nyonya Arkana Malviano.”  Rosalia langsung membalas pelukan erat kekasihnya dan mengucapkan banyak terimakasih karena sudah diberikan begitu banyak cinta dan kasih sayang disaat semua orang telah meinggalkannya.  ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN