Mama ikut Ibu ke salon, Papa Gi gaul sama Papi Ian – entah ke mana. So, cengo dong gue di paviliun seorang diri. Pas Ayra share loc, ngga pakai mikir, gue auto ngacir. Dan delapan menit kemudian, gue sudah tiba di tempat tujuan. Terperangah sambil bertolak pinggang di depan salah satu jendela kafe. Ruri malah nyengir plus gerakin jemarinya untuk nyuruh gue ikut bergabung. “Kok lo di sini?” tanya gue, bingung akut. Meski kedua tangan ini tetap memeluknya erat. “Lo beneran sudah sehat? Atau ke sini mau berobat?” “Ngga. Ayolah sambil duduk,” tanggap Ruri. “Bang Ruri juga belum cerita apa-apa. Malah ngobrol sama Ayah sambil nunggu Abang datang,” ujar Ayra. Gue mengangguk, merangkul Ayra, lalu melabuhkan satu kecupan di pelipis kirinya sebelum mengembalikan fokus ke Ruri. “Cerita lo!” tit

