“Ayah mau beli perhiasan yang kayak apa?” “Mmm … ngga usah yang branded atau terlalu mahal, tweety. Nona pasti tau. Yang ada nanti Ayah dimarahin.” Aku spontan tertawa. “Oke, kita ke Bridge Street aja. Di sana ada toko perhiasan yang bagus-bagus koleksinya, harganya juga affordable.” Ayah mengangguk antusias. Semakin beranjak ke waktu petang, jalan yang kami lalui juga kian ramai. Dari mulai mereka yang berjalan santai, gegas, bersepeda, bahkan berlari kecil. Dilatarbelakangi pemandangan yang indah, aroma alam yang menenangkan, sepoi angin musim semi yang begitu nyaman, suara tawa anak-anak yang bermain, pun percakapan hangat nan terdengar samar … sungguh terasa begitu harmonis. “Ayah suka di sini?” tanyaku kemudian. “Di Cambridge?” “Iya.” “Suka. Karena ada Ayra dan Ibu.” “Maksud

