“Waaah! Daebak!” ujarku, menahan emosi hingga suara ini terdengar menggeram. Aku berhasil menahan emosiku selama satu jam kemudian, meski tatapan mataku terus saja tertuju ke Naya. Tajam, tanpa ampun! Bodo amatlah Bang Ruri mau berpikir apa tentangku. Aku juga tak tertarik. Lagipula, seharusnya Naya menjaga sikap di depan suaminya bukan? Dan kini, kami sudah kembali ke SUV barunya Bang Galen. Luar biasa memang, hasil main dan review game bisa sampai tajir melintir. “Gue doang yang ngerasa dia curi-curi pandang ke laki gue atau Bang Galen dan Bang Emilio juga?” “Jagiya …” lirih Bang Arga. “Shht!” Bang Galen nyaris menyemburkan tawa, sementara Bang Emilio masih bertahan dengan mengencangkan katupan bibirnya. “Serius ih! Bang Galen lihat ngga sih? Bang Emilio?” “Duh Ay … yang penting

