"Bukankah dia anaknya Bunda Gina? Kenapa dia jadi bos besar ku? Kenapa juga Bunda Gina tidak memberitahuku kalau calon ku orang kaya?" Dita bermonolog sendiri, tidak sadar kalau dirinya melamun.
Dita baru sadar dari lamunannya saat ada sesuatu yang menyentuh bagian tubuh depannya. Ternyata, Arka mengambil kartu ID-nya, dan membaca nama Dita.
"Tamat riwayat kamu, Dit. Apa yang kamu lakukan? Kenapa sampai membuat Bos besar kita jadi tersenyum misterius setelah membaca kartu ID kamu?" berbagai macam pertanyaan Nia lontarkan pada Dita, dan tentunya dengan nada berbisik, karena Nia sendiri juga tidak berani buka suara di depan Bos besarnya.
Dita yang mendapat pertanyaan dari sang sahabat langsung menoleh sekilas pada Nia, lalu kembali fokus ke depan, yang ternyata di depannya masih tetap ada Arka.
"Maaf, Tuan. Apa nona ini membuat masalah?" tanya atasan Dita sambil menunjuk Wajah Dita.
"Suruh dia ke ruanganku, sekarang!" dengan penuh ketegasan dan juga penuh kewibawaan, Arka meminta agar Dita ke ruangannya tanpa menjawab pertanyaan dari atasan Dita tadi.
Setelah Arka memberi perintah, Arka kembali melanjutkan langkahnya untuk menuju ke ruangan pribadinya. Karena Dita sudah mengerti apa yang diperintahkan oleh Arka tadi, tanpa banyak bicara lagi, Dita langsung membawa langkahnya untuk menuju ke ruangan Arka. Meski Dita sudah mendapat izin atau sudah mendapat perintah untuk masuk ke dalam ruangan Arka, Dita tetap menggunakan kedisiplinannya, dan juga profesionalnya, mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke ruangan Arka.
Dita baru masuk ke ruangan Arka setelah mendapat izin dari Arka. Dita membuka pintu ruangan Arka dan masuk ke dalam, yang ternyata Arka Tengah membelakangi dirinya.
Arka yang mendengar suara pintu ruangannya terbuka langsung berdiri dan membalikkan badannya untuk menatap Dita.
"Berani kabur setelah kejadian semalam? "tanya Arka dengan kedua tangan yang sudah masuk ke dalam saku celananya masing-masing, sambil membawa langkahnya mendekati Dita yang tengah berdiri di depan meja kerjanya.
Dita menunduk karena gugup, di mana Dita tidak seberani seperti apa yang Dita perlihatkan semalam. Dita merasa hidupnya benar-benar kacau sekarang, karena ia berurusan dengan atasannya, di mana atasannya telah berhasil mencicipi tubuhnya semalam, meski pada akhirnya, atasannya akan menjadi calonnya, menurut Dita.
Dita Gugup bukan karena Arka memiliki status sebagai atasan di tempat kerjanya, Tapi Dita gugup itu karena Dita tidak percaya kalau pria yang semalam Iya goda ternyata adalah atasannya, terlebih Apa yang dilakukan oleh Dita semalam bukan murni karena inisiatifnya sendiri, melainkan sebuah rencana dari Bunda Gina.
"Kenapa diam saja? "tanya Arka saat melihat Dita hanya menunduk tanpa membuka suara atau menanggapi ucapannya tadi.
Mendapat pertanyaan tersebut, Dita yang memang tidak punya jawaban, langsung mendongak dan memperlihatkan keberaniannya seperti semalam. Yah, karena Dita sudah merasa terlanjur basah menggoda Arka, Dita pun memutuskan untuk melanjutkan aksinya, di mana Dita tetap bersikap santai dan berani seperti semalam. Dita mendongak dan membalas tatapan Arka, dan mengangkat salah satu tangannya lalu menyentuh pundak Arka dengan penuh kelembutan.
"Tampan, ini masih di kantor. Tidak bisakah kamu membicarakan tentang pekerjaan Saja. Aku tahu anda sangat profesional. Jadi, kita bisa bicarakan masalah pribadi kita di luar kantor saja." Ujar Dita Dengan nada yang dibuat-buat selembut mungkin, untuk menggoda Arka.
Arka langsung menyentuh tangan Dita yang sejak tadi mengelus rahangnya, dan menggenggam tangan Dita, serta pandangan yang tidak lepas dari wajah Dita.
"Katakan, kenapa kamu kabur tadi pagi!" titah Arka tegas, yang hanya ditanggapi dengan senyuman singkat saja dari Dita.
" Tampan, sebenarnya aku tidak kabur. Hanya saja, aku yang memiliki status sebagai karyawan di perusahaanmu, aku tidak lalai lalai dengan waktu. Jadi jangan bilang aku kabur." Ujar Dita dengan Tegasnya, hingga tidak membuat Arka curiga, kalau sebenarnya alasan Dita hanyalah sebatas alasan biasa untuk menghindarinya saja.
" Semalam kamu menikmati permainanku, lalu kamu pergi di pagi hari tanpa sepengetahuanku. Apakah itu tidak boleh dikatakan kabur? "ujar Arka sambil Menatap Dita dengan tatapan penuh selidik, hingga membuat Dita merasa kesulitan untuk menahan diri agar tetap terlihat baik-baik saja.
"Sudah kukatakan tadi, Kalau aku hanya ingin disiplin waktu. Sudahlah. Seperti yang kau katakan semalam, Kalau anda akan mencariku dikemudian hari. Ternyata, sebelum anda mencariku, Tuhan sudah mentakdirkan untuk bertemu secara tidak sengaja. "Ujar Dita seraya melepaskan tangannya dari genggaman tangan Arka, dan mengatakan kalau pertemuan kali ini tanpa disengaja. Dika tidak sadar bahwa sebenarnya pertemuan kali ini bukan tanpa disengaja, melainkan memang dari sebuah rencana Arka, atau disengaja oleh Arka. Arka sengaja datang ke cabang perusahaan hanya untuk bertemu dengan Dita.
"Itu artinya kita masih bisa menikmati apa yang harusnya kita nikmati seperti semalam! "ujar Arka seraya memeluk Dita dari belakang, membuat Dita kesulitan untuk untuk bersikap santai, atau lepas mengontrol. Dita memejamkan matanya agar tidak gugup.
Arka sendiri dapat merasakan perasaan gugup Dita, hingga membuat Arka tersenyum , karena secara tidak langsung, reaksi Dita menunjukkan kejadian semalam memang terjadi karena sebuah rencana. Namun meski begitu, Arka memilih tetap diam saja, dan tidak mengintrogasi Dita, karena Arka akan mencari tahu sendiri Apa alasan Dita melempar tubuhnya atau menyerahkan tubuhnya terhadap dirinya semalam.
Arka melepaskan pelukannya, dan membalikkan tubuh Dita secara kasar, lalu menjepit kedua pipi Dita dengan pelan.
"Sekali lagi bertanya, siapa yang menyuruhmu untuk melempar tubuhmu padaku. "Ujar Arka dengan penuh ketegasan, dan dengan cepat Dita langsung melepaskan tangan Arka dari wajahnya, dan memeluk Arka dengan sangat erat, serta menyandarkan kepalanya di d**a bidang Arka.
"Sebelum aku akhiri pertemuan Hari ini, aku ingin kamu merasakan lagi pelukan hangat dariku. "Ujar Dita dengan penuh kelembutan dan langsung menarik tubuhnya lagi setelah mengucapkan kata tadi.
"Untuk hari ini, fokuslah bekerja. Kamu bisa menghubungiku kalau kamu membutuhkanku. "Ujar Dita Seraya menyerahkan nomor ponselnya pada Arka dengan cara meletakkan nomor ponsel itu di saku jas Arka, lalu keluar dari ruangan Arka tanpa permisi.
"Benar-benar gadis liar yang pemberani. Lihat saja nanti, Apa kamu masih bisa bersikap liar seperti ini setelah apa yang terjadi di antara kita. Aku ingin melihat, seberapa besar kamu berani memperlihatkan sikap liar mu terhadapku. "Ujar Arka seraya memasukkan salah satu tangannya pada saku jas Arka , dan mengambil kertas yang berisi nomor ponsel Dita.
Dita bernafas lega setelah ia berhasil keluar dari ruangan Arka. Dita langsung menuju ke ruangannya sendiri dan melanjutkan pekerjaannya, mencoba untuk tetap bisa fokus seperti hari-hari sebelumnya, sebelum ia bertemu dengan Arka.
Jam 05.00 sore sudah waktunya jam pulang kerja, namun tidak bagi Dita, karena Dita mendapat tugas dari atasannya untuk lembur.
Dita sedikit bernafas lega karena ternyata dirinya tidak akan bertemu dengan Arka lagi karena Dita melihat secara langsung Kalau Arka sudah pergi dari perusahaan, terlebih Dita juga tidak melihat mobil yang dipakai oleh Arka ada di parkiran khusus bos besar.
Dita kembali memfokuskan diri untuk melanjutkan pekerjaannya hingga sampai pada jam makan malam, Dita masih tetap fokus dengan pekerjaannya dan ternyata Dita melupakan makan malamnya.
Dita yang merasa sedikit lelah, dan merenggangkan otot-otot di tangan dan juga lehernya, tiba-tiba ada suara yang membuat Dita terkejut.
"Capek? Mau aku bantu untuk menghilangkan rasa capek mu…