TERBONGKARNYA RAHASIA

1312 Kata
"Capek? Mau aku bantu untuk menghilangkan rasa capek mu?" tanya seorang pria yang membuat Dita terkejut dan langsung berdiri. Degh "Kenapa ada disini?" tanya Dita dengan bingungnya. "Aku pemilik perusahaan ini, apa salah aku ada di perusahaan ku sendiri?" Arka malah balik tanya, hingga Dita tidak mampu untuk membuka suara lagi. Karena Dita sudah tidak mampu untuk membuka suara lagi, akhirnya kita pun memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaannya yang tersisa sedikit dan akan menyelesaikannya dengan cepat agar ia segera pulang, tapi dengan cepat Arka mengambil pulpen tersebut, hingga Dita merasa ada yang menghalangi pekerjaannya. "Tuan berikan pulpennya, karena ini… "Sekarang sudah bukan waktunya jam kerja, bukan? "Tanya Arka Seraya mendudukkan tubuhnya dengan setengah berdiri, karena Arka duduk di atas meja kerja Dita. "Itu bagi, Tuan, Tapi tidak bagi saya. Karena saya sedang lembur, jadi tetap aja jam kerja. "Ujar Dita Seraya ingin merebut pulpen yang ada di tangan Arka, namun dengan cepat Arka mengangkat tangan yang memegang pulpen tersebut hingga Dita kesulitan untuk mengambilnya. Dita pun mendorong kursinya ke belakang, Lalu berdiri dan mendekati Arka untuk mengambil pulpen tersebut. Dita berusaha untuk mengambil pulpen yang ada di tangan Arka, namun Arka malah menjadikan posisi tersebut sebagai kesempatan dengan menarik pinggang ramping Dita, hingga tubuh keduanya menempel. Dita mau memutar bola matanya malas, setelah sadar dengan posisinya. "Buat apa Tuan melakukan modus ini di kantor? "tanya Dita Seraya mengalungkan kedua tangannya di leher Arka, dan menggunakan nada suara yang super lembut. "Yang jelas apa yang aku lakukan tidak ada maksud tertentu seperti apa yang kamu lakukan terhadapku. " Ujar Arka sambil mendorong dagu Dita, hingga Dita sedikit mendongak. "Aku masih sadar posisi kita sekarang masih di kantor, Tuan. Nanti, setelah kita keluar dari kantor ini, kita bisa melanjutkannya. Aku tahu anda tidak bisa mengendalikan diri Anda setelah merasakan kenikmatan semalam dari tubuhku. Sesuai dengan yang aku katakan sebelum aku kembali bekerja, kalau anda akan segera mencariku karena anda tertarik dengan tubuhku. "Ujar Dita panjang lebar, dan langsung melepaskan tangan Arka dari pipinya secara kasar hingga Dita melengos ke samping. "Yakin mau memberiku kenikmatan setelah keluar dari kantor ini?" tanya Arka seraya mengelus lengan Dita, dan itu membuat Dita langsung memperlihatkan senyum sinisnya. Menurut Dita, tidak masalah ia menyerahkan segalanya pada Arka, karena pada akhirnya, Arka akan menjadi suaminya. "Yah. Aku yakin. Aku rasa, Tuan lah yang merasa ragu." Jawab Dita seraya mendorong tubuh Arka, dan kembali duduk di kursinya. "Tuan bisa kembali. Nanti Tuan bisa menghubungi ku kalau Tuan membutuhkan tubuhku. Bukankah Tuan sudah punya nomor ponselku." Kata Dita yang kembali fokus pada kerjaannya. Arka yang melihat Dita kembali fokus pada pekerjaannya, memilih keluar dari ruangan Dita, dan menunggu Dita di mobilnya. Saat Dita menyelesaikan pekerjaannya, Dita pun langsung keluar dari ruangannya, dan keluar menuju lobby. Tapi, saat Dita ingin menuju mobilnya, Dita dikejutkan oleh keberadaan Arka yang ternyata Arka masih belum pulang. Arka yang melihat Dita sedang menatapnya langsung mendekati Dita, dan Dita pun mengurungkan niatnya untuk langsung pulang. "Tuan, belum pulang?" tanya Dita sambil bersedekap dada "Buanglah jauh-jauh nama itu, bukannya kita sudah ada di luar kantor." Kata Arka seraya menarik tangan Dita menjauh dari mobilnya. "Ehhh, ehhh. Mau kemana?" tanya Dita yang sedikit ekskul untuk mengimbangi langkahnya karena diseret oleh Arka. "Kita pulang bersama." Jawab Arka yang langsung membuka pintu mobilnya, dan mendorong tubuh Dita untuk masuk ke dalam mobilnya. Dita mendengus kesal, karena besok alamat ia terlambat berangkat ke kantor karena mobilnya di tinggal. Arka mulai melajukan mobilnya untuk pulang dan langsung mendapat lirikan tajam dari Dita. "Kenapa kamu begitu sangat santai? Apa kamu sudah tahu di mana alamat rumahku? Kenapa kamu tidak bertanya di mana alamat rumahku? "tanya Dita yang sedikit penasaran kenapa Arka begitu sangat enjoy saat mengantar dirinya pulang seperti seorang yang sudah terbiasa mengantar dirinya pulang, padahal sebenarnya ini pertama kalinya Arka mengantar dirinya pulang. "Duduk dengan nyaman, dan jangan cerewet," kata Arka singkat yang membuat Dita langsung mendengus kesal. Karena Dita memang merasa lelah, akhirnya Dita pun memutuskan untuk menyandarkan kepalanya kesadaran mobil dan memejamkan matanya meski Dita tidak ada niatan untuk tidur. Pantas saja Arka dengan santainya mengantar Dita pulang, ternyata Arka tidak mengantar Dita pulang ke rumahnya, melainkan ke apartemennya. Dita yang tidak sengaja tertidur, dengan terpaksa nya Arka menggendong tubuh Dit. Entah kenapa Arka merasa tidak tega untuk membangunkan Dita. Sebelumnya Arka tidak pernah menyentuh wanita manapun, apalagi sampai memiliki rasa tidak tega untuk membangunkan wanita tersebut, dan ini pertama kalinya ia membantu seorang wanita untuk masuk ke dalam apartemennya. Terlebih, ini pertama kalinya juga Arka membawa seorang wanita ke apartemen pribadinya. Keesokan harinya, Dita bangun dari tidurnya dan merasa terkejut saat menyadari kamar yang tidak kita kenali. "Ada di mana aku? Kenapa aku bisa ada di sini? Ini bukan kamarku. Tapi kenapa aku bisa berada di sini? "Berbagai macam pertanyaan Dita lontarkan yang entah pertanyaan itu dilontarkan pada siapa, karena di kamar itu hanya ada Dita seorang. Saat Dita ingin turun dari ranjang, tiba-tiba Dita melihat seseorang yang tidur di sofa. Dita yang merasa penasaran dengan sosok pria yang tidur di sofa langsung mendekatinya, dan mencoba untuk menyentuh pundak pria tersebut, namun belum sempat Dita menyentuhnya, pria itu sudah terbangun, dan membalikkan badannya, dan betapa terkejutnya Dita saat tahu kalau pria itu adalah Arka. "Kenapa kamu ada disini?" tanya Dita dengan polosnya, membuat Arka tersenyum. "Memangnya ada yang salah dengan keberadaanku di sini? Ini kamarku, dan tentunya wajar aku ada disini." Jawab Arka yang membuat Dita langsung menepuk dahinya dengan pelan. "Jadi kamu bukan mengantarku ke rumah, tapi, membawaku ke kamarmu? Seharusnya kau bisa bilang berterus terang Kalau kamu membutuhkan tubuhku. "Ujar Dita membuat Arka langsung menarik tubuh Dita hingga Dita jatuh ke pangkuannya. "Kau mau bercinta di pagi hari? Kamu tidak ingin ke kantor? "tanya Dita dengan polosnya membuat Arka langsung mencubit bibir Dita dengan pelan. "Bisa tidak kalau ngomong sama pria itu di filter sedikit kata-kata kamu, "kata Arka "Kenapa harus difilter, aku kan bicara apa adanya." ujar Dita dengan polosnya dan mencoba untuk berdiri, namun langsung ditahan oleh Arka. "Mau kemana?" tanya Arka "Mau ke kamar mandi." Jawab Dita ketus dan langsung berdiri, lalu masuk ke kamar mandi. Setelah Dita sudah siap untuk berangkat ke kantor, Arka mengajak Dita untuk pergi dulu sebelum berangkat ke kantor. "Ikut aku ke rumah. Aku ada kepentingan." Kata Arka datar, setelah Dita keluar dan ternyata Arka sudah duduk di kap mobil. "Ngapain? Yang punya kepentingan kan kamu, bukan aku. Atau jangan-jangan…. Dita sengaja menggantung kalimatnya seraya menunjuk wajah Arka, serta wajah yang terlihat mengesalkan Dimata Arka. "Jangan-jangan apa?" tanya Arka seraya mendorong tangan Dita hingga Dita bisa berdiri dengan benar. "Kamu ingin bercinta di rumah kamu? Atau ingin memperkenalkan aku pada orang tuamu?" tanya Dita yang langsung mendapat tatapan tajam dari Arka saat mendengar kalimat bercinta. Tapi Arka sedikit kagum, karena salah satu tebakan Dita tepat. Tak ingin membuka suara, Arka langsung menarik pergelangan tangan Dita, dan memaksa Dita masuk ke dalam mobilnya, dan langsung melajukan mobilnya menuju ke rumah, tanpa menjelaskan untuk apa Dita di bawa ke rumahnya pada Dita. Tidak butuh waktu lama, mobil yang membawa Arka dan Dita berhenti di halaman rumah Bunda Gina. "Tunggu disini. Aku panggil Bunda. Mungkin ada di kamarnya." Kata Arka. Arka langsung menaiki anak tangga untuk menuju ke kamar Bunda Gina tanpa menunggu respon dari Dita terlebih dahulu. Karena Dita di tinggal sendirian, akhirnya Dita pun berjalan mengelilingi ruang tamu yang merah menurut Dita. Dita langsung terdiam saat mendengar suara Bunda Gina yang memekik telinganya karena suara cempreng nya. "Dita, calon menantu Bunda!" teriak Gina dengan cerianya, yang langsung disambut dengan pelukan hangat oleh Dita. "Bagaimana rencana kita. Berhasil kan. Tampan kan anak Bunda? Bunda sangat bangga padamu, karena kamu bisa mengerjakan semua Rencana kita dengan sempurna." Ujar Gina dengan penuh kebahagiaan, mengutarakan rasa bangganya pada Dita. "Rencana, Bunda bilang? Jadi semua itu faktor kesengajaan? Rencana Bunda sama murahan itu?" kata Arka yang tiba-tiba melempari kalimat tanya pada dua wanita yang sedang bahagia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN