...Dita Hamil

1330 Kata
"Rencana, Bunda bilang? Jadi semua itu faktor kesengajaan? Rencana Bunda sama murahan itu?" kata Arka yang tiba-tiba melempari kalimat tanya pada dua wanita yang sedang bahagia. Dita yang mendengar pertanyaan Arka langsung bersembunyi di belakang Bunda Gina. "Bunda, gimana ini?" tanya Dita gemetaran, yang Gina sendiri juga tidak mengerti apa yang harus ia lakukan, karena sebenarnya, Gina berharap, Adam lah yang mengetahui rencana tersebut, bukan kakaknya. "Sayang, Bunda harap kamu bisa mengerti Bunda. Dan, Bunda harap, kamu bisa diajak bekerja sama, demi adikmu mau menikah dengan Dita." Ujar Gina yang membuat Arka dan juga Dita sama-sama terkejut. Arka terkejut kalau ternyata, sang Bunda berencana untuk menjebak Dita tidur dengan Adam karena ingin menikahkan mereka, sedangkan Dita, terkejut karena pria yang di maksud oleh Bunda Gina itu adalah Adam, bukan Arka, pria yang tidur dengannya di klub malam kemarin. "Apa, Bun… Dengan serentak penuh kekompakan, Arka dan Dita memperlihatkan keterkejutannya, membuat Bunda bingung kenapa Dita ikut terkejut, pasalnya Dita sudah tahu dari awal tentang rencananya. "Kenapa kamu terkejut?" tanya Bunda Gina seraya menoleh kebelakang dimana Dita berada. "Jadi pria yang dimaksud Bunda itu…. Belum sempat Dita melempar kalimat tanya nya pada Gina, Arka sudah menarik pergelangan tangannya dan membawa Dita pergi menjauh dari Gina, membuat Gina khawatir, takut Arka akan melakukan hal yang tidak-tidak terhadap Dita. Arka mendorong Gina secara kasar setelah mereka ada di taman rumah. "Katakan dengan jujur, apa maksudnya. Bukankah sejak awal aku sudah memperingati mu, kalau aku tidak suka kebohongan, tapi kenapa waktu itu kamu berdusta, dan bilang kalau kamu menyerahkan tubuhmu karena inisiatif sendiri, bukan karena disuruh, atau karena sebuah rencana. Katakan!" bentak Arka di akhir kalimat setelah ia melemparinya Dita kalimat panjangnya. "A-aku, minta maaf. Aku pikir, kamu Adam. Aku tidak tahu… "Jadi kalau aku Adam, kamu akan melakukan hal serendah itu? Tidak begitu caranya untuk menggaet seseorang dan dijadikan pasangan hidup. Tidak begitu!" teriak Arka yang membuat Dita ketakutan, yang lagi-lagi kalimat Dita terpotong. "Sekali lagi, aku minta maaf," kata Dita dengan nada terbata. Arka yang mendengar permintaan maaf dari Dita, langsung menjepit kedua pipi Dita dengan kuat, dan penuh kemarahan, memperlihatkan kemarahannya saat ada yang membohongi dirinya. "Tidak semudah itu. Apapun masalahnya, dan sekecil apapun masalahnya, kalau masih ada campur kebohongan, maka semuanya akan jadi masalah besar. Dan tidak semudah itu kamu minta maaf , lalu semuanya kelar. Kamu harus membayarnya." Ujar Arka dengan menekankan setiap kalimatnya, membuat Dita benar-benar berkeringat dingin mendengar setiap ucapan Arka, terlebih Dita dapat melihat kemurkaan Arka. "Jangan berharap aku menikahimu, dan jangan berharap juga, Adam akan menikahimu. Adam menikah dengan siapapun, kalau aku tidak merestuinya, maka pernikahan itu tidak akan pernah terjadi." Ujar Arka tegas, dan melepaskan tangannya dari kedua pipi Dita secara kasar, hingga Dita terjatuh pada rerumputan hijau, membuat Dita benar-benar terkejut, saat Arka bilang, diantara keduanya, tidak akan ada yang menikahi dirinya. Dita meneteskan air matanya, tidak tahu bagaimana nasibnya kalau sampai dirinya hamil. Entah siapa yang patut dipersalahkan, saat Dita salah orang. Padahal, Dita sudah melakukan semuanya sesuai dengan rencana, dan sesuai dengan gambar yang diperlihatkan oleh Bunda Gina, yang ternyata, Dita masih salah orang. Dan Dita tidak percaya, kalau dirinya terlibat masalah dengan orang yang kejam seperti Arka. "Sayang, Dita. Maafkan Bunda,Nak. Bunda yang salah. Semuanya salah Bunda. Kamu hanya jadi korban keegoisan dari rencana Bunda." Ujar Gina yang langsung memeluk Dita dengan air mata yang menetes begitu saja, membuat Dita ikut menangis. Menangis meratapi nasibnya di masa depan, menangis karena ia terlibat masalah dengan orang seperti Arka. "Semuanya yang terjadi, biarlah berlalu, karena sudah terjadi. Sekarang, yang harus kita pikirkan, bagaimana dengan nasibku." Ujar Dita sambil melepaskan pelukan mereka, membuat Gina langsung terdiam. "Apa Arka menolak untuk menikah denganmu?" tanya Gina yang langsung ditanggapi dengan anggukan kepala. "Tidak hanya dia yang menolak untuk menikahiku, bahkan dia menolak untuk menerimaku sebagai anggota keluarga mereka. Dia menolak ku untuk jadi menantu Bunda." Ujar Dita yang membuat Gina langsung menutup mulutnya secara refleks karena tidak percaya. "Bagaimana mungkin Arka sekejam itu," gumam Gina dengan pelan, namun masih didengar dengan jelas oleh Dita. "Itulah putra Bunda. Sekarang, bagaimana dengan nasibku, Bunda?" Jawab Dita yang diakhiri dengan kalimat tanya, sekaligus air mata yang kembali membasahi wajah cantiknya. "Sayang, kamu tenang dulu ya. Bunda akan coba untuk bicara dengan perlahan pada Arka, dan Bunda akan meminta pengertian dia. Kamu tenang ya." Kata Gina mencoba menenangkan Dita, dan Dita dengan terpaksa menganggukkan kepalanya, meski Dita tidak percaya Bunda Gina akan berhasil membujuk Arka. Gina pun mengajak Dita untuk kembali masuk ke dalam rumah, dan menuntun Dita untuk duduk. Dita dan Gina langsung menoleh ke arah anak tangga saat mendengar suara tapak kaki yang sedang menuruni anak tangga. Dengan cepat Gina berdiri saat melihat Arka menuruni anak tangga. Arka menuruni anak tangga bersamaan dengan supir yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah. "Antar dia pulang, atau kalau dia tidak ingin pulang, kamu bisa mengantarnya kemanapun dia ingin pergi. Aku harus ke kantor." Ujar Arka tegas pada supir, seraya menunjuk Dita dengan dagunya, membuat Dita langsung memejamkan matanya karena mendapat perlakuan buruk dari Arka. "Nak, semua ini kesalahan Bunda, bukan salah Dita. Bersikaplah baik, terlebih kamu adalah pria pertama yang menyentuh dia." Ujar Gina memberi nasehat pada putra sulungnya. "Tidak sepenuhnya itu rencana Bunda, tapi rencana dia juga. Kalau memang semua ini terjadi karena ulah Bunda, tanpa campur tangan dia, atau dukungan dia, aku juga tidak keberatan. Bunda lupa, aku punya tetesan seperti ayah, tidak suka kebohongan." Ujar Arka tegas dan penuh kemarahan, namun tetap menggunakan nada pelannya untuk sang Bunda. Mendengar ucapan tersebut, Gina meneteskan air matanya, namun dengan cepat dihapus oleh Arka. "Semakin Bunda memperlihatkan kesedihan Bunda sama aku, maka aku semakin gencar untuk menyakiti dia." Ujar Arka lagi, dan kali ini penuh ancaman, sambil menunjuk Dita dengan telunjuknya sendiri. "Keluar dari rumah ini, sekarang juga!" titah Arka dengan penuh ketegasan, dan dengan cepat Dita langsung berdiri, dan pergi begitu saja melewati tubuh Gina. Dita pergi dengan membawa sejuta luka dan kecewa dihatinya. Setelah Dita pergi, Arka juga pergi, namun dengan tujuan yang berbeda. Dita memutuskan untuk pulang ke rumah, karena sejak kemarin Dita tidak pulang ke rumah, takut sang Mama marah. Sesampainya di rumah, Dita tidak menemukan keberadaan sang Mama, dan pelayan bilang, Vivi sedang pergi. Karena di rumah juga tidak ada Vivi, Dita pun langsung berganti pakaian, dan kembali pergi, dan kali ini Dita pergi ke kantor. Hari-hari Dita disibukkan dengan yang namanya pekerjaan, dan Dita sengaja menyibukkan diri dengan pekerjaannya, karena Dita tidak ingin terlalu larut dalam masalahnya. Tidak terasa, hampir dua bulan Dita tidak pernah bertemu dengan Arka, dan selama itu juga Dita menolak untuk bertemu dengan Gina, dengan alasan, Dita sibuk. Siang ini, tiba-tiba Dita merasa mual saat mendengar aroma makanan yang dibawa oleh Nia, sahabatnya. Dita langsung berlari ke kamar mandi, dan memuntahkan semua isi perutnya, membuat Nia bingung kenapa Dita tiba-tiba mual. "Dit, Lo kenapa sih?" tanya Nia yang tidak bisa dibohongi kalau Nia khawatir. "Nia, aku pergi dulu. Ada sesuatu yang penting yang harus aku pastikan." Ujar Dita yang langsung pergi tanpa memberitahu jelasnya kemana Dita akan pergi pada Nia. Tepat pada jam makan malam, Dita datang ke rumah Bunda Gina. Bunda Gina sangat menyambut dengan hangat kedatang Dita. "Sayang, kamu kemana saja sih, Bunda sangat mengkhawatirkan kamu, dan rindu karena lama tidak bertemu." Ujar Gina yang hanya ditanggapi dengan senyuman manis oleh Dita. "Aku sibuk di kantor, Bun. Oh iya Bun, Arka nya ada?" tanya Dita setelah menjawab pertanyaan Gina. "Ada, Sayang. Dia ada di kamarnya. Baru saja dia masuk setelah makan malam tadi." Jawab Gina yang membuat Dita langsung berpamitan karena ingin menemui Arka. Dita mengetuk pintu kamar Arka dengan ragu-ragu, dan tidak lama setelah itu, pintu kamar Arka terbuka. "Mau apa kamu kesini?" tanya Arka dingin "Aku hanya ingin memberitahumu sesuatu," jawab Dita pelan dan sedikit ragu. "Katakan saja." Kata Arka yang masih bersikap dingin pada Dita. Dita pun langsung membuka tasnya, dan mengeluarkan sebuah benda panjang yang cukup kecil. Arka yang memang sudah mengerti apa fungsi benda tersebut, langsung mengambil secara kasar dari tangan Dita. "Kamu hamil?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN