Bab 6. Amarah

1330 Kata
Kenanga menghabiskan waktu hampir 2 jam untuk menghapus tanda lahir dan membuat tahi lalat di wajahnya. Kulitnya terlihat banyak yang merah karena efek laser yang baru saja dilakukan. Dan selama proses itu, Jayden senantiasa menunggu dengan membawa laptop miliknya untuk bekerja. Meski sempat melihat tubuh Kenanga merah semua, Jayden seperti tidak peduli. Pria itu langsung mengajak Kenanga pergi kembali menuju tempat lainnya. Kali ini Jayden membawa Kenanga ke stylish dan meminta untuk merubah model rambut Kenanga. "Aku mau kau dandani dia seperti ini," ujar Jayden sambil menunjukkan foto Agatha. Kenanga lagi-lagi menurut tanpa banyak bicara. Dirinya membiarkan rambutnya di potong dan diubah dengan model lain. Ia yang biasanya tidak pernah menggunakan poni. Merasa cukup aneh, tapi lucu juga dirinya menggunakan poni seperti itu. "Ini lucu," kata Kenanga tampak cukup puas dengan penampilannya yang baru. "Bagaimana, Tuan?" Stylish itu bertanya kepada Jayden, ingin tahu apakah yang dimaksud sudah benar. Jayden menatapnya, menatap Kenanga yang terlihat semakin imut dengan potongan rambut seperti itu. Sekilas Kenanga benar-benar mirip Agatha, membuat Jayden tanpa sadar tersenyum manis. "Cantik," puji Jayden spontan. Kenanga kaget mendengarnya, apakah dia tidak salah dengar? Jayden di pria arogan dan dingin itu memuji dirinya? "Ah akhirnya Tuan suka." Stylish itu bernafas lega karena kliennya tampak puas. Jayden berdehem pelan untuk mengusai dirinya. "Setelah ini aku akan kembali ke Kantor, kau bisa pulang bersama supir jemputan. Ayo." Jayden kembali mengajak Kenanga pergi, namun saat mereka turun di lantai satu langkah Kenanga mendadak terhenti. Wanita itu memaku pada satu titik dimana terlihat seorang pria berperawakan tinggi datang bersama seorang wanita di sampingnya. Pria itu merengkuh pinggang wanitanya begitu mesra, dan keduanya mengulas senyum penuh tawa. "Roger, malam nanti pokoknya aku harus tampil yang paling cantik di acara itu." Itu ucapan sang wanita yang dengan mesranya mencium pipi si pria. "Pasti kau yang tercantik, honey. Dimana pun tempatnya, bintang selalu bersinar bukan?" Si pria membalasnya dengan kecupan di bibir. Kedua pasangan itu terang-terangan menunjukkan kemesraannya di depan publik. Kenanga yang melihat itu menahan sesak di dadanya. Rasa sakit yang membuat seluruh tubuhnya gemetar hebat. Rasa sakit ketika melihat pria yang seharusnya menjadi suaminya justru bermesraan dengan wanita lain. Dan yang lebih menyesakkan, mereka berdua seolah bahagia diatas penderitaan Kenanga yang mereka buang seperti sampah. Tangan Kenanga mengepal tanpa sadar, air matanya perlahan membasahi pipinya. Sungguh rasa sakit itu sangat menyiksa sekali. Ia ingin berteriak dan memaki, tapi himpitan rasa sakit membuatnya tak bisa melakukan apa pun. Rasa sakit itu semakin lama membuat mata Kenanga gelap, ia tiba-tiba mengeluarkan sebuah benda kecil yang disimpan dibalik bajunya. Tangannya gemetaran, entah karena rasa sakit atau rasa takut saat melihat benda itu. Kenanga mengarahkan benda itu ke arah pasangan menjijikan yang baru masuk. Di tempat itu cukup sepi, hanya beberapa orang yang datang sehingga membuat darah Kenanga semakin berdesir hebat. Dengan kesadaran penuh, ia langsung menarik pelatuk pistol itu dan bersiap untuk membunuh mereka. "Mereka harus mati! Mereka harus mati!" Kenanga benar-benar nekat, ia tak peduli apa yang terjadi setelah ini. Dirinya hanya ingin kedua pengkhianat itu mati! Kenanga sudah bersiap untuk melakukan penyerangan itu, namun tiba-tiba saja tubuhnya ditarik dari belakang dan tangannya ditarik hingga tersembunyi dibalik jas. Tubuhnya di peluk erat dengan posisi membelakangi kedua pasangan itu. "Akhhhh! Biarkan aku—" "Bodoh!" Jayden memaki kasar membuat semua pandangan menatap ke arahnya termasuk Roger dan Sabrina yang baru masuk. Roger yang melihat sosok Jayden tampak mengerutkan dahi. Lobi salon itu cukup luas sehingga kini ia melihat jelas sosok Jayden yang tengah memeluk seorang wanita. Roger menyeringai dan berjalan mendekati pria itu. Jayden terus memeluk Kenanga, seolah menyembunyikan wanita itu dari Roger. Kini ia melihat jelas wajah pria yang terang-terangan ingin merebut wilayahnya. Jayden hanya diam, menunggu pria itu mendekat. Sementara Kenanga hanya bisa menangis, menangis karena rasa sakit yang menggerogoti relung hatinya. Namun entah kenapa saat ia mencium bau tubuh Jayden yang khas, keresahan dalam hatinya berangsur hilang. Pria itu memeluknya sangat erat sekali sehingga bibirnya menyentuh d**a Jayden. "Tuan Jayden? Pertemuan yang sangat mengejutkan, Anda?" Roger tersenyum sinis. "Wanitaku sedang sakit, aku juga tidak punya banyak waktu untuk berbicara padamu," kata Jayden begitu ketus. Dirinya bahkan langsung membawa Kenanga pergi begitu saja hari hadapan Roger. Jayden merasa belum saatnya Roger bertemu Kenanga karena penyamaran wanita itu belum sempurna. Roger begitu kesal, Jayden ini memang terkenal sangat arogan sekali. Tapi Roger merasa heran saat melihat Jayden pergi bersama seorang wanita. Seingatnya kabar yang beredar Jayden paling anti dengan yang namanya wanita setelah perceraiannya dengan mantan istri. "Siapa wanita itu, dari belakang body-nya ...." *** Sesampainya di mobil, Jayden menghempaskan tubuh Kenanga dengan cukup kasar. Dirinya menarik dagu wanita itu dengan kuat, nyaris menyakiti. Dari wajahnya Jayden terlihat menahan emosi. "Katakan siapa kau sebenarnya?" bentak Jayden tak ada ramah-ramahnya sama sekali. Kenanga menggigit bibir, ia mendadak sangat gugup mendengar pertanyaan itu. Jayden yang melihat itu semakin kesal, ia kemudian menunduk dan melihat pistol yang masih ada di genggaman Kenanga, merampasnya dengan kasar. "Aku masih memberimu kesempatan, katakan siapa kau sebenarnya!" Jayden berteriak marah. Dirinya merasa kecolongan. Ia berpikir jika Kenanga adalah wanita yang ringkih dan tidak tahu apa pun. Tapi ternyata wanita ini sangatlah berbeda. Terbukti wanita itu tanpa ragu ingin membunuh Roger dan istrinya di depan publik. Dan pistol itu ... Jayden menduga Kenanga mendapatkannya di jok mobil miliknya karena Jayden selalu menyimpan beberapa senjata di sana. "Mereka pantas mati 'kan? Mereka jahat! Mereka bisa tertawa diatas penderitaanku! Kenapa kau menghalangiku? Biarkan aku membunuh mereka!" Kenanga tak tahan, ia pun berteriak di depan Jayden karena rasa sakit yang menghimpit. "Bodoh!" Jayden kembali memaki karena sangking emosinya. Apa Kenanga ini tidak berpikir jika nantinya akan menimbulkan keributan besar? Jika seperti itu sama saja bohong. Untuk apa mereka sibuk menyusun rencana matang untuk balas dendam. "Aku memang bodoh! Ya aku bodoh!" Kenanga menjerit frustasi. Makian dan kata-kata kasar seperti ini membuatnya menjadi semakin sakit. Air mata sialan itu kembali membasahi pipinya. "Aku memang bodoh karena terlalu lemah! Aku memang bodoh sampai mereka bisa menyakitiku seperti ini!" Jayden mengatupkan bibirnya, melihat wajah Kenanga sekarang yang tampak sangat menyedihkan. "Kalau kau memang tidak bisa membantuku membunuh mereka, biarkan aku membunuh mereka sendiri," kata Kenanga begitu berapi-api. Dirinya mendorong Jayden dan bersiap untuk keluar dari mobil. "Diam di tempatmu!" Jayden menatap wanita itu tajam. Kenanga tidak menggubrisnya, ia tetap membuka pintu mobil dan berniat untuk keluar. "Aku bilang diam di tempatmu, Kenanga!" hardik Jayden lebih keras dari sebelumnya. Ia menarik tangan Kenanga kasar dan mengunci pintu mobil itu. "Kenapa kau melarangku? Biarkan aku membunuh mereka sekarang!" Kenanga yang sudah sangat emosi tentu menentang, ia merasa ingin rasa sakit itu juga dirasakan oleh kedua pengkhianat itu. "Tenang saja, jika aku tertangkap, aku tidak akan menyebut namamu," ucap Kenanga kembali membuka pintu mobil itu. Jayden tidak bisa menahan kesabarannya lagi, ia langsung menarik wanita mungil itu dengan sangat kuat dan mendudukkannya di pangkuan. Sebelum wanita itu mengatakan sesuatu ia langsung mencium bibirnya dengan kasar. Kenanga tentu sangat kaget. Ciuman itu adalah ciuman pertamanya. Tapi Jayden mengambilnya dengan begitu kasar. Pria itu menekan tengkuknya hingga semakin dalam. Kenanga tidak rela, ia berusaha berontak tapi Jayden justru semakin gila mencium bibirnya. Jayden merasa tak tahan sekali karena Kenanga begitu keras kepala. Ia yang awalnya ingin menghentikan Kenanga justru terdiam saat merasakan manisnya bibir tipis wanita itu. Ia tanpa sadar menggigitnya cukup kuat membuat Kenanga mencengkram lengannya. Jayden melepaskan tautan bibir itu tapi ia kaget karena wajah Kenanga sudah penuh dengan air mata dengan bibir yang sedikit bengkak. "Aku—" "Kau jahat!" Kenanga mendorong Jayden dengan kasar, ia langsung turun dari pangkuan pria itu. Jayden mengalihkan pandangannya, berusaha mengontrol dirinya sendiri karena ciuman panas itu membuatnya sangat gerah. Ditambah 9 tahun lamanya ia tidak menyentuh wanita, membuat bagian dalam dirinya bereaksi. "Aku sangat tidak suka ada orang yang membantahku. Ingatlah, kau itu sudah aku beli dan sudah menjadi hakku untuk melakukan apa pun padamu. Dan kau! Harus menuruti perkataanku," ujar Jayden tegas. Kenanga tersenyum kecut, ia menggigit bibirnya yang terasa kebas. Ia berusaha untuk tidak menangis, memang ini jalan yang dia pilih 'kan? Bersambung~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN