Sovia menghentikan mobilnya di depan rumahnya. Dia tidak langsung keluar dari dalam mobil. Dia masih terpaku mengingat kejadian tadi saat di kamarnya dulu. Kamar miliknya dengan Arga. “Apa Arga ingin kembali hanya untuk menyakiti hatiku lagi? Hanya untuk menorehkan luka lama dan menambahkannya dengan kepedihan yang baru?” Sovia merasa batinnya bertarung saat ini. “Masih tersisakah cinta di lubuk hatiku? Atau justru cinta itu tetap membara? Tidak memudar sedikit pun, meskipun dulu Feran telah menggoresnnya. Mengapa aku membiarkan Arga melakukan hal seperti itu padaku? Arga sudah milik Aina, Sov! Kamu tidak boleh mengganggunya!” Batin Sovia kacau, mengingat semua apa yang sudah ia lakukan tadi dengan Arga di kamarnya dulu. Mungkin jika Sovia tidak mengingat Feran, dan hanya mengingat dul