“Mbak Nana! Mbak Nana!” aku yang baru saja meletakkan satu mangkuk sup di atas meja makan, seketika menoleh ke arah Shenna yang saat ini sedang berlari menuruni tangga. Melihat bagaimana ekspresinya saat ini, sepertinya anak ini sedang bahagia. “Kenapa Shen?” Shenna berlari ke arahku, lalu berbisik. “Mbak, kasih nomernya Mas Rifqi, dong...” “Eh, Mas Rifqi?” “Ssst! Jangan keras-keras!” Shenna menempelkan jari telunjuknya di bibirku. “RIFQI? Kamu mau minta nomornya Rifqi, Shen?” Mas Arfa yang baru keluar dari kamar mandi dekat dapur, rupanya sempat mendengar ucapanku. “Apa sih! Mau tahu aja!” “Na, jangan kasih!” Mas Arfa menggeleng. “Ya ampun, Mas! Orang buat ngembaliin baju dia, kok. Ya kali—“ “Yakin cuma ngembaliin? Kasih aku aja, sini, biar aku bawa ke kantor sepulang d