“Yah! Kalah lagi!” aku reflek menghempaskan punggungku di sandaran kursi. Tiga kali sudah, aku kalah main catur lawan Eyang Danu. Awalnya aku memang sengaja mengalah, karena kupikir ini hanya candaan, dan aku ingin menghormati dengan membiarkan beliau menang. Akan tetapi, di tengah permainan beliau menyadari itu, dan tiba-tiba saja menyodorkan kunci mobil padaku. Beliau bilang, kalau aku menang, aku akan dibelikan mobil, dan kunci itu hanya untuk jaminan. Aku yang tiba-tiba bersemangat, akhirnya mulai serius menyerang balik, meski pada ujungnya tetap kalah. Lagi-lagi aku ingin minta maaf karena aku sudah terlalu overthinking. Sejak aku datang, Eyang Danu dan Eyang Rara sudah menyambutku dengan begitu baik. Setelah mengobrol agak lama, akhirnya di sinilah aku, main catur dengan Eyang D