“Nda, bangun... bangun, yuk? Udah sampai.” Aku merasakan pipiku diketuk pelan beberapa kali, tetapi mataku masih enggan terbuka. “Udah sampai, Na. Bangun dulu...” “Eh?” akhirnya aku menegakkan badan, lalu mulai celingukan. “Itu yang lain udah pada mau siap-siap turun.” “Eh, iya...” seketika itu, mataku terbuka lebar. “Susah bener dibangunin, segitu capeknya?” Aku meringis, lalu mengangguk. “Banget...” Setelah mengambil barang bawaan, Mas Arfa menuntunku keluar dari pesawat. Begitu turun, kami sudah langsung disambut petugas berseragam. Jangan bayangkan kami sedang berada di bandara, karena saat ini kami justru sudah tiba di tempat tujuan. Pesawat yang barusan kami naiki adalah pesawat khusus yang memang dipersiapkan sebagai salah satu alat transportasi langsung menuju tempat