ARFA’s POV Aku terbangun ketika kurasakan tangan kiri terasa kebas. Mataku mengerjap beberapa kali, dan senyumku seketika terbit begitu melihat wajah yang saat ini terlihat damai dalam tidur. Aku menarik tangan kiriku, lalu menggantinya dengan bantal yang baru saja aku pakai. Setelah itu, aku bangun sejenak untuk meraih bantal lain yang terletak di ujung, yang terlihat sebentar lagi akan jatuh. Aku menggerakkan kedua tanganku beberapa kali sampai merasa lebih baik, baru kemudian kembali merebahkan diri, dan bertumpu dengan bantal yang baru saja aku ambil. Senyumku lagi dan lagi terbit begitu menatap wajah itu, wajah yang sejak awal sudah lancang melekat dalam ingatan hanya dalam satu kali bertemu. Wajah yang langsung berhasil membuatku susah tidur semalaman. Senyum ramahnya benar-ben