Satu bulan kemudian... “Sekali lagi terimakasih banyak, Mbak Nana. Saya permisi...” Syifa menunduk sebentar sambil tersenyum, lalu keluar ruangan. Aku menyandarkan badanku di sandaran kursi, lalu menghela napas lega. “Ah, ternyata enggak semenakutkan yang aku kira.” Aku tersenyum puas menatap dua berkas yang baru saja Syifa kasihkan padaku. Syifa adalah salah satu staf pengajar, sekaligus finance lembaga bimbel yang sudah tiga minggu ini aku handle. Aku melirik jam dinding, dan ternyata saat ini sudah hampir jam empat sore. Aku harus segera pulang, agar nanti ketika Mas Arfa tiba di rumah, aku bisa menyambutnya. Aku membereskan berkas-berkas di mejaku, lalu segera keluar. “Nana!” tiba-tiba saja, aku mendengar ada yang memanggilku. Begitu aku menoleh, mataku langsung menyipit. Siap