Mataku perlahan terbuka, ketika kurasakan telapak tanganku kesemutan. Aku mengerjapkan mata beberapa kali begitu melihat atap berwarna putih bersih. Setelah menoleh ke kanan, aku melihat Mas Arfa tertidur dengan kedua tangan menggenggam tanganku. “Mas Fa...” lirihku sambil menggerakkan tangan kanan yang semakin terasa kesemutan. Hanya dalam beberapa kali gerakan ringan, kepala Mas Arfa sudah terangkat. “Eh, Na, udah bangun? Apa yang dirasain? Pusing? Lemes?” tanyanya sambil menatapku khawatir. “Aku baik-baik aja, Mas. Anak kita, gimana?” Melihat tangan Mas Arfa terulur menyentuh perutku, seketika aku merasa lega luar biasa. “Dia di sini, Na, tapi emang masih lemah banget.” “Maaf...” lirihku dengan air mata yang sudah menetes. Mas Arfa membantuku bangun, lalu memelukku erat. “Ja