ARFA’s POV Aku marasa seperti akan gila, begitu tahu kabar dari Tika kalau Nana pergi setelah difitnah habis-habisan oleh dua orang karyawan. Saat ini aku benar-benar khawatir sekaligus takut. Aku sangat takut kalau Nana akan kembali merasa rendah diri. “Nomornya belum aktif juga, Pak.” Tika yang dari tadi menelfon Nana secara berkala, masih belum juga mendapat jawaban. Kata Tika, ponsel Nana langsung tidak aktif tidak lama setelah dia pergi. Tika bilang, Nana ke kamar mandi membawa tas kecilnya, jadi harusnya ponselnya ikut dia bawa. Sayangnya, ini sudah malam hari, dan Nana masih belum bisa kuhubungi. Jangan tanya nasib dua orang yang sudah melukai hati Nana. Lain kali aku pastikan mereka mendapatkan ganjaran yang pantas. Untuk saat ini, daripada memikirkan mereka, aku hanya ingin