Mati kamu!” teriak Melina histeris. Salah satu pria mengangkat kayu itu tinggi. Alena menatap horor, tapi ia tetap berdiri melindungi dirinya dan ruangan tempat anak-anaknya tidur. BRUK! Kayu itu mendarat di kepala Alena. Seketika tubuhnya limbung, lalu roboh ke lantai tanpa suara. Melina terdiam sejenak, napasnya memburu. Lalu senyum kejam muncul di bibirnya. “Bawa dia. Biar orang-orang pikir dia diculik. Dan pastikan... dia gak bangun lagi.” --- Reyhan menginjak pedal gas lebih dalam. Hatinya gelisah, takut jika dia terlambat menyelamatkan Alena. Apalagi, dua anak buahnya yang dia suruh mengintai tadi sudah tidak bisa dihubungi. Makin khawatir lah dia. Begitu mendekati villa, ia melihat lampu utama padam, hanya beberapa cahaya samar terlihat dari dalam. “Melina…” gumamnya curiga