Devian dan Ruby berjanji untuk pergi makan. "Malam ini kita makan spesial," ujar Devian. Ruby mengangguk. Hatinya berbunga dan dipenuhi aroma wangi. Wajahnya berseri. Devian pun sama semangatnya. Pria itu bahkan kini tak lagi rutin bertemu Jovanka di pemakamannya. Hati pria itu seperti sudah benar-benar ketemu obatnya. Kedua manusia yang mulai dimabuk cinta itu seolah-olah, mulai lupa akan Jovanka. "Enggak makan di tempat Julian lagi, kan?" Devian tertawa. Merasa geli dengan si adik yang suka sekali merasa penting ikut campur urusan orang. Sifat adik satu-satunya itu memang sering bikin keki. "Nanti dia kepo lagi sama kita," jawab Devian. "Lagian kenapa kamu gitu banget ke Julian?" Devian mengerutkan kening. Gadis di sampingnya menunggu jawaban dari Devian tentu saja. Mau