Bab 11.1: Julian dan Javier

338 Kata
Jika Jovanka pikir setelah kelembutan semalam itu Julian melupakan marah dan kekecewaannya, semua itu salah. Julian tetap pria keras kepala. Pria itu bahkan mulai melakukan segala cara untuk menghindari keluarganya. Tak ada lagi tawa renyah pria itu seperti dahulu. Setiap hari Julian hanya sibuk dengan restorannya. Tak ada lagi waktu untuk bersama si sulung. Padahal anak itu selalu menanti saat-saat sang ayah pulang kerja. Kadang, Javier sampai tak mau masuk apabila Julian belum pulang hingga larut. Tak ada yang diperbuatnya di teras, selain menunggu sang ayah. "Belum tidur, Jev?" tanya Julian tanpa ekspresi. Javier hanya menggeleng seraya mata bening milik remaja itu mengikuti si ayah. Ingin rasanya Javier memeluk Julian demi meredam rasa rindunya. Javier ingin sekali ditanya tentang apa pun. Tentunya dengan ekspresi yang tidak datar. Javier merasa sangat kehilangan papa yang disayangi dalam hidupnya. Idola bagi Javier. Bahkan, beberapa teman-teman sekolahnya mengaku iri. "Kalau aku punya papa kayak gitu, ah, senangnya!" "Bener banget, Jev sangat beruntung, asli!" "Kalian bisa aja," jawab Javier malu di hati. Mereka berdua adalah teman-teman dekat Javier yang sering melihat aksi Julian dalam bermain bola hampir di tiap sore. Sayangnya, Julian tak pernah tahu hal itu. Javier masih terus mengikuti ke mana Julian mengajaknya pergi. Tidak satu pun kedipan Asih tercinta. Javier mau ayahnya kembali seperti dulu. Saat Julian ingin memasuki kamar, si anak berusaha untuk mencegahnya. Namun, namanya Julian mana bisa ia dilarang tanpa sebab jelas? Julian tak mengelak. Mereka berdua saling tatap dalam. Si anak seolah-olah ingin menceritakan apa yang sedang bergejolak di jiwa. Si ayah hanya mampu berkedip. "Semua begitu berat untuk Papa, Jev, sungguh!" Javier mengerjap mendengar kalimat Julian. "Apanya berat, Pa?" tanya Javier ingin tahu. "Sayangnya kamu masih terlalu kecil, Jev." Javier tiba-tiba teringat kalimat yang dikatakan seorang teman. Tentang di mana letak rahasia orang dewasa. Tak lain ada di hubungan seksual. Javier ingin mengatakan hal itu saat si orang tua sedang menyinggungnya. Si anak sulung takut-takut untuk bicara. Takut kalau-kalau ayahnya marah. "Apa ini tentang seks?" tanya Javier si polos. Julian terkejut dengan kalimat tanya anaknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN