Pekikan Lova memenuhi kamar, jantungnya seolah berhenti berdetak sesaat saat Zegan memeluknya dari belakang tiba-tiba. “Mau membunuhku, eh?” Tubuh Lova meremang saat Zegan membisikkan kalimat itu di telinga sekaligus memberinya tiupan kecil. “Se- sejak kapan kau bangun?” tanya Lova setelah menelan ludah susah payah. “Sejak kau mengangkat panggilan,” jawab Zegan. Lova kembali menelan ludah. Itu berarti Zegan tak tahu jika ia berniat menembaknya sebelumnya. “A- aku tak sengaja menemukan pistolmu da- dan mengambilnya,” ucap Lova berharap Zegan percaya. Tanpa Lova sadari, Zegan menyeringai tipis. “Begitu, eh?” bisik Zegan dengan kembali memberi telinga Lova tiupan lembut hingga membuatnya merinding. Tangan Lova memegang kedua tangan Zegan yang melingkari perut dan berusaha mel