Lova kira, orang di balik pintu yang saat ini telah ia buka adalah Zegan, sayangnya, ia salah. Orang itu adalah orang yang tidak ingin ditemuinya. “Aku kebetulan lewat jadi aku mampir,” ucap Joy seraya mengangkat sekantong makanan di tangan. Lova tampak enggan. Ia bahkan berniat segera menutup pintu. Namun, Joy lebih dulu menahanya. “Tu- tunggu, Lov, dengarkan aku dulu.” Joy berusaha meminta Lova kesempatan, setidaknya memberinya waktu untuk bicara walau hanya sebentar. “aku tahu kau marah, maka dari itu aku ingin meminta maaf,” ucapnya kembali dengan wajah menunjukkan rasa bersalah. Lova mengepalkan tangannya kuat-kuat. Joy pikir, dengan minta maaf akan mampu mengobati luka hatinya? Apalagi menyogoknya dengan sekantong makanan. Pria itu benar-benar gila. Melihat wajah Lova yang se