Bulan berganti, nyatanya tak membuat Pram dan Anggoro akur. Keduanya justru semakin terang-terangan menunjukkan perasaan tidak sukanya satu sama lain. Dua hari lalu misalnya, Anggoro yang memang datang saat malam hari, akhirnya aku menawarinya makan malam. Aku, Anggoro dan anak-anak makan malam bersama sembari sesekali bergurau. Ketika kami masih menikmati makan malam, tiba-tiba Pram datang, pria itu terlihat sekali kesal melihat sosok Anggoro. Namun berusaha menahannya. Begitu anak-anak aku minta masuk ke kamar, ditemani Mbak Sum, akhirnya Pram memutahkan amarahnya. “Saya sudah sering memperingatkan Anda, untuk menjaga jarak dengan keluarga saya!” Pram yang sudah sangat marah, mencengkeram krah baju Anggoro. “Sebentar lagi mereka menjadi keluarga saya. Saya pastikan itu!” Anggoro menjaw