Bab 40

1157 Kata

“Jadi, Bapak Anggoro ini, mengajar di kampus A?” tanya The Retna membuka pembicaraan, setelah kami bertiga menyelesaikan makan siang. Karena jam makan siang hampir terlewat, kami memutuskan mengisi perut lapar kami terlebih dahulu, sebelum The Retna melancarkan tujuan utamanya untuk bertemu dengan Anggoro. Yakni ingin menilai pria di hadapan kami ini benar-benar tulus atau tidak. Meskipun aku sanksi, The Retna bisa menemukan jawabannya di pertemuan yang sesingkat ini. “Ya, benar, Bu,” jawab Anggoro tersenyum kalem. “Panggil, Kak saja. Saya jadi merasa seperti Ibunya Lintang kalau dipanggil, Bu,” ucap The Retna mengibaskan tangan kanannya sembari tertawa. “Kalau begitu, Kak Retna cukup panggil saya nama saja,” pinta Anggoro kemudian sembari tersenyum. “Oh, tidak bisa, Pak Dosen. Saya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN