Bab 62

1935 Kata

“Minum dulu, Pram.” Kuletakkan kopi kalengan di hadapan Pram. Pria ini yang secara tiba-tiba muncul pada pagi hari di rumah orang tuaku. Lalu bersikukuh menemaniku di toko bunga. Sejak tadi, Pram sibuk dengan tabletnya mengerjakan sebuah sketsa sebuah gedung pencakar langit, sementara aku sejak tadi bahu-membahu bersama Lilis dan Asep mengerjakan pesanan buket yang akan dikirim hari ini juga. Pram mengalihkan tatapannya dari tablet untuk menatapku. “Terima kasih, Lin,” katanya tersenyum. Pram meraih minuman yang kuberikan, membukanya perlahan dan meminumnya. “Kalau sibuk kenapa harus ke sini?” protesku. Aku tak ingin pekerjaan Pram terbengkalai hanya karena menemaniku di sini. Tanggung jawab pria ini sudah bertambah berkali-kali lipat tentunya. Selain menanggung biaya hidupku dan anak-a

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN