Mabuk Cinta ( Sisi Remaja )

1476 Kata
Motor yang di kendarai oleh Dika berhenti di depan sebuah gedung sekolah yang cukup populer di Banda Aceh. Terletak di pusat kota. Beberapa siswa dan siswi baru saja keluar dari dalam gedung hendak pulang. Ia melirik pada jam tangannya, sudah pukul dua siang lewat. Seharusnya Rahma juga sudah keluar. Tapi, ia tidak melihat gadis itu dimana pun. "Dika!". Suara teriakkan yang memanggil namanya membuat ia reflek menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari dalam area sekolah. Seketika ia mukanya langsung meringis melihat Erfan yang baru keluar dari gedung sekolah. Laki-laki yang mengenakan jaket hitam itu langsung berlari keluar menghampiri dirinya. "Wahhh... Ngapain Lo? Tumben nih, jemput gue ya?". Kata Erfan terlihat bersemangat. Jangan heran dengan logat bicaranya, karena anak ini bukan orang Aceh. Doi adalah asli Jakarta. Baru beberapa tahun tinggal di Aceh. Tapi, gaya bicaranya masih kental dan tidak pernah berubah. Terbiasa dengan gue-elo. "Cuma mampir, kawu bukan nya bawa mobil ya?". Jawab Dika melirik sekitar. "Iya, gue rencananya mau ke sekolahnya Alvan. Lo mau ikut kagak?". Dika langsung menggeleng, dan tepat saat matanya menangkap sosok Rahma yang sedang mengobrol dengan teman-teman gadis itu. "Kawu aja, aku masih ada urusan". Jawab Dika. Denis berdecak, kemudian mengangguk saja. Dan kemudian langsung memilih untuk pamit karena sudah terlambat untuk menemui Alvan yang sekolahnya cukup jauh dari sekolahnya. "Yaudah deh, gue cabut duluan. " Pamitnya. Dan Dika mengangguk saja. "Oya, entar malam jangan lupa. Tempat biasa". Pesan Erfan sebelum pergi. Lagi, Dika hanya mengangguk. Matanya mengawasi Rahma yang sudah berpamitan pada teman-teman nya. Dan tepat saat Erfan pergi, Rahma melambaikan tangan menemukan dirinya. Ia langsung tersenyum. Melihat Rahma berjalan keluar menghampirinya. "Lama ya?". Tanya gadis cantik itu di dekat nya. "Enggak kok". Jawabnya jujur. "Mampir ke Zikra dulu ya? Ada yang mau aku beli". Kata Rahma sambil naik ke boncengan motornya. "Iya". Motor itu melaju dengan santai menyusuri jalanan. Membawa mereka menuju tujuan. Keduanya memang lebih dekat sejak Popda sebulan yang lalu. Sering berinteraksi melalui telfon dan juga SMS. Bahkan beberapa kali keluar malam mingguan berdua. Ia tampak tidak perduli dengan status Rahma yang memiliki kekasih. Selama gadis itu nyaman bersamanya dan ia juga nyaman dengan Rahma. Toh, ia tidak jalan atau mendekati istri orang. *** Dika senang menghabiskan waktu berdua dengan Rahma. Mau melakukan apapun itu, terserah. Asal bersama dengan gadis itu. Semua topik bisa ia bahas, karena Rahma tipe gadis yang cepat tanggap dan pintar. Walau hanya duduk dalam diam, ia sama sekali tidak merasa bosan. Atau hanya duduk berdampingan memandangi laut lepas di sore hari sambil menikmati gorengan dan minuman yang mereka beli. Dengan di temani angin dan suara ombak menghempas karang. "Hari ini terakhir ya, kita jalan?". Tanya Rahma meliriknya. Dika menoleh dan kemudian terkekeh sendiri. "Kok terakhir?". Tanya Dika. "Kamu kan bakal pergi". "Kan cuma sebulan doang". Jawab Dika. Rahma menghela napas. Raut wajah gadis itu tampak kecewa dan tidak rela. Karena lusa ia akan pergi untuk pertandingan sepak bola di luar. Ia akan mengikuti seleksi pemain Timnas U-19. Untuk meraih impian dan cita-cita nya sejak kecil. "Rahma". Gadis itu menoleh padanya. Menatapnya dengan lekat dan penuh tanya. Apalagi saat ia meraih tangan gadis itu kedalam genggaman nya. "Dika suka sama kamu". Ucap laki-laki itu. Rahma diam, memandanginya dengan lekat. Tidak terlihat terkejut, namun ada binar senang di sana. "Jadi pacar Dika, mau ya?". Lanjut Dika lagi. Rahma kini mengulum senyum manis, menarik tangan nya dari genggaman Dika. Sejenak, gadis itu melempar pandangannya ke laut lepas lagi. Melihat kapal yang sedang berlayar di kejauhan menuju pulau Sabang. Ia masih menunggu jawaban gadis itu. "Dika tau kan, kalau Aku punya pacar". Kata nya kemudian menoleh padanya. Dan ia mengangguk. "Dika benar-benar sayang sama Rahma". "Rahma juga". Dika langsung mengulum senyum senang mendengar itu. "Boleh gak, Rahma selesaikan dulu masalah sama Yusuf?. Setelah itu baru kita bicara tentang kita". Lanjut Rahma meminta pengertiannya. Dika tidak memikirkan apapun saat itu. Ia terlalu mabuk cinta. Jadi, ia mengangguk saja. Toh, ia tau jika hubungan Rahma dengan pacarnya tidak baik. Dan ia sama sekali tidak mempermasalahkan apapun sekarang. Bahkan di jadikan selingkuhan saja ia mau. Tidak apa-apa jadi yang kedua, asal di utamakan. Itu pemikiran Dika saat ia berumur 17 tahun. *** Setelah melihat sunset Rahma mengajaknya untuk pulang. Ia setuju saja, karena malam nanti ia juga ada janji dengan teman-teman nya. Jadi, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. "Nanti malam mau ikut?". Tanya Dika saat mereka akan menaiki motor. "Kemana?". Tanya Rahma, Naik ke boncengan nya. " Entar malam ada live musik di Caffe Buy.". "Kalau kamu nyanyi, aku mau ikut". Jawab Rahma. "Iya, Dika yang nyanyi buat Rahma". Jawabnya melajukan motornya. "Beneran ?". "Iya". Jawabnya. Gadis itu terlihat senang, ia ikut senang, apalagi ketika Rahma memeluk nya dengan erat. Namun kesenangan itu tidak berlangsung lama. Saat tiba-tiba sebuah mobil Honda Jazz menghalangi jalan. Membuat Dika terpaksa menginjak rem. Ia sempat marah karena mobil itu tiba-tiba berhenti di depan mereka mencegat jalan. Saat melihat siapa yang keluar dari sisi kemudi, ia malah menghela napas kasar. Dan laki-laki itu tidak sendiri. Ada tiga temannya yang lain yang kemudian menyusul keluar. Ia langsung memicingkan matanya pada mereka yang memang lumayan dia ketahui. "Bagus!". Seru Laki-laki itu dengan nada sindiran dan marah. Dika memutar bola matanya jengah. "Kamu mau turun sendiri atau aku seret!". Sentaknya lagi menunjuk ke arah belakangnya. Yaitu Rahma. "Kamu apa-apaan sih". Kata Rahma turun dari boncengannya. Ia turut menurunkan cagak motornya. Ikut turun dari atas motor. "Tolong bicara dengan baik-baik, gak usah pake nada tinggi". Kata Dika dengan santai dan sabar. "Diam Kawu,!.". Dika hanya mengernyitkan dahinya. Saat Yusuf akan menarik Rahma, ia langsung menahannya. Menepis tangan cowok itu dengan kasar. Yusuf langsung menatapnya dengan amarah. Tidak terima dengan apa yang barusan ia lakukan. "Rahma!". Seru Yusuf. "Ikut aku". Perintahnya. Dika melirik gadis di belakangnya, Rahma tidak bergerak. Pertanda tidak mau. "Gak usah maksa, dia gak mau". Kata Dika. "Rahma!". Bentak Yusuf. "Dih, orang gak mau malah marah!. Gak malu". Ia malah meledeknya memanaskan situasi. Yusuf semakin emosi, pria itu langsung maju dan menarik paksa tangan Rahma. Tapi, lagi-lagi Dika berhasil menahan dan menepisnya. Bahkan, sampai memberi sedikit tekanan pada dorongannya. "Tau kan, kalau dia cewek aku?!". Bentak Yusuf menarik kerah bajunya. "Tau". Jawab Dika dengan santai. Rahma langsung menariknya dan mendorong Yusuf untuk menjauh. "Kita bicara nanti". Kata Rahma dengan nada dingin. Untung di sekitar sudah sepi, karena jalanan yang memang cukup jauh dari keramaian. "Gak ada!. Kamu ikut-". "Aku mau putus". Kata Rahma. Dika langsung menyunggingkan senyumnya. Apalagi saat melihat Yusuf terkejut. "Jangan fikir aku gak tau kelakuan kamu selama ini!. Hubungan kamu dengan Ayu, ya!". "Kami cuma temenan aja". Sela Yusuf. "Kamu fikir aku percaya?". "Rahma! Di sini kamu yang ketangkap basah selingkuh! Kenapa malah memutar balik-". "Kamu yang lebih dulu mulai!". Kata Rahma. "Kita putus!". Tegas Rahma lagi. Dan kemudian berbalik pergi menghampiri Dika. "Gak". Yusuf menahan tanganya bahkan sampai mencengkram kuat. Melihat itu Dika tidak tinggal diam, ia langsung memukul tangan Yusuf dengan kuat. Dan kemudian menendang nya hingga terjatuh. "Anjing!". Marah Yusuf. Dika langsung bersiaga akan serangan, tapi ke tiga teman-teman Yusuf langsung menahannya. "Udah, Suf!. Gak usah di lanjut lagi". Kata salah satu dari mereka. Dika menatap ketiganya dengan tajam. Membuat mereka langsung mengindik ngeri sendiri. Kemudian ia melihat yang lainnya, berbisik pada Yusuf. Ia tidak tau apa, yang jelas Yusuf langsung pergi kemudian. "Kamu gapapa?". Tanya Dika melihat pergelangan gadis itu. Rahma menggeleng, matanya melihat kepergian Yusuf yang teman-teman pria itu. Kemudian menghela napas berat. Ia memandang Dika dengan lembut dan cemas. Lalu mendekat dan memeluk Dika dengan erat. Membuat ia kaget dan tersentak sendiri. *** Pukul 21:00, Dika dan teman-teman sudah bersiap di atas panggung sederhana di dalam sebuah Caffe. Ia baru saja menyelesaikan permainannya. Rian, sang vokalis sudah mengucapkan rasa terima kasih karena sudi mendengarkan permainan mereka yang sederhana. Sampai kemudian Dika menyela dan berbisik pada Rian. Lalu setelah itu, Dika menggantikan posisi Rian. "Assalamualaikum, selamat malam semua". Dika membuka suara nya. Bibirnya tersenyum lebar, matanya hanya menatap ke satu arah. Dimana Rahma dan dua teman nya duduk di meja yang letaknya tidak jauh dari panggung. "Karena permintaan spesial, saya mau menyumbangkan satu lagu untuk pacar saya". Woooooooo.... Dan suara riuh langsung terdengar dari para pengunjung caffe. Dika tersenyum, Rahma mukanya sudah memerah. Karena terkejut akan ucapan cowok itu. Apalagi ketika Dika menunjuk ke arahnya. Sarah dan Dilla sudah meledekinya habis-habisan. Dika langsung memberi kode pada keyboardis nya untuk memulai lebih dulu. Baru intro saja, semua sudah menikmati musiknya. Dika juga memainkan gitarnya. Sebuah lagu yang begitu menggambarkan perasaannya saat ini. Satu lagu romantis, milik salah satu band papan teratas di tanah air pun mulai terdengar. Selama bernyanyi, Dika hanya menatap kekasihnya. Tidak beralih sedetik pun. Seolah lirik itu mengatakan semua apa yang ia rasakan terhadap gadis itu. Hingga semuanya selesai dan suara tepuk tangan terdengar. Rahma hanya bisa menunduk sambil menggigit bibir bawahnya sendiri. Antara senang, malu, dan juga bangga. Ia benar-benar jatuh cinta sekarang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN