Saat Dika bangun dari tidurnya pagi ini. Ia merasakan kepalanya pusing. Lalu mencoba untuk terdiam beberapa detik. Mencoba untuk membuka mata dengan perlahan. Merasa pusing itu mereda, ia baru memilih bangkit dari tidur. Turun dari atas ranjang langsung berjalan menuju kamar mandi.
Semalam ia lembur sampai pagi, Wajar saja kepalanya pusing pagi ini.
Selesai mandi dan bersiap, Dika langsung memutuskan untuk ke kantor. Bersyukur hari ini ia tidak terlalu sibuk, hanya Radit yang akan melakukan meeting hari ini. Mereka sudah mengambil proyek masing-masing. Dan dengan begitu mereka bisa langsung beberapa proyek sekaligus. Jika merasa kesulitan baru mereka akan saling membantu satu sama lain.
Tiba di kantornya, ia langsung meminta Vera menyiapkan beberapa laporan. Lalu langsung masuk kedalam ruangan nya. Betapa terkejutnya ia saat melihat seseorang ternyata sudah menunggu disana.
"Sabai". Ucap Dika melihat wanita cantik dalam busana sedikit minim tersebut.
"Hai". Sapa wanita itu dengan senyuman mempesona.
Membuat Dika langsung menoleh kebelakang, pada Vera yang juga terlihat raut tidak enak. Mungkin, lupa memberitaunya jika sedang ada tamu.
"Maaf Pak, saya-".
"Tidak apa-apa, Vera. Emm.. sini laporan nya". Sela Dika dan langsung meminta laporan yang di bawa Vera.
Lalu setelah itu masuk dan menutup pintu ruangannya kembali.
"Kapan loe datang? Sudah lama?". Tanya Dika langsung menghampiri Sabai yang berdiri menyambutnya.
"Hampir setengah jam aku nunggu disini". Jawab Sabai mendekatinya.
Dika mengulum senyum, membuat Sabai mendekat dan langsung memeluknya dengan mesra.
"Kangen kamu tau"katanya dengan nada manja.
Dika tersengih sendiri, ia mendorong Sabai dengan halus sampai memberi jarak. Itu membuat Sabai malah mengalungkan kedua lengannya di leher pria itu.
"Sabai, gue masih ada kerjaan". Kata Dika menatapnya.
"Aku sudah periksa jadwal kamu hari ini.". Saat itulah ia menghela napas kasar.
Sabai tersenyum penuh kemenangan. Apalagi saat melihat raut pria itu yang terlihat semakin mempesona.
Pria itu menarik kedua tangan Sabai dari lehernya.
"Kayaknya ada yang salah,deh". Kata Dika.
"What?". Tanya Sabai heran.
Dika diam, pria itu menggaruk keningnya dengan ujung jari telunjuk kanan kebingungan untuk menjelaskan pada Sabai. Wanita yang akhir-akhir ini selalu mendekatinya.
"Malam itu, gue benar-benar gak sengaja. Gue cuma kebawa suasana. Jadi-".
"Maksud kamu tentang ciuman panas penuh gairah itu?. Kamu yakin gak sengaja? ". Tanya Sabai geli sendiri melihat muka pria di depannya memerah. "C'mon, karena tidak sengaja itu ngebuat aku benar-benar pengen miliki kamu".
"Tapi-".
"Tidak ada yang salah kan? Kamu single, aku juga. Kita bisa mencobanya lebih dulu".
"Tapi kita beda".
"Apa yang beda?".
"Lo tau apa maksud gue".
"Ha.. Agama?". Dika mengangguk saja.
"Dika, honey, kita bisa jalani saja dulu. Jangan memikirkan hal yang terlalu jauh. Kita bisa bersenang-senang lebih dulu".
"Aku tidak bisa". Jawab Dika. "Aku tidak suka dengan hubungan dalam jangka pendek".
"Oke, kita coba saja dulu. Gimana-gimana nya kita fikirkan nanti". Lanjut Sabai. "Radit saja bisa".
Ia diam, menimang semua nya. Melirik Sabai yang menatapnya dengan penuh rayu. Kerlingan manja dan juga nakal menggoda dirinya.
"Baiklah". Sabai langsung tersenyum penuh kemenangan. "Aku akan mencobanya". Lanjutnya lagi.
"Good boy". Kata Sabai memeluknya kembali.
***
Menjalin hubungan dengan Sabai Kennedy bukanlah hal yang mudah. Super model yang hidupnya terlalu bebas.
Banyak kontroversi yang terjadi dalam hubungan mereka.
Sabai yang sibuk dengan dunia modelnya terkadang membuatnya jengah juga lelah.
Pertengkaran kecil terkadang bisa menjadi besar.
Wanita itu terlalu cemburuan. Ia sampai sulit untuk bergerak dan bernapas.
"Kamu kalau mau cari selingkuhan! Jangan sama cewek murahan gitu!!". Bentak Sabai.
Ia mengambil udara banyak-banyak, sangat-sangat frustasi dalam menghadapi emosinya Sabai.
" Kejadian tadi itu gak sengaja, Sabai". Ia masih mencoba untuk sabar. Masih berusaha berbicara dengan intonasi yang biasa. "Aku cuma membantu tidak lebih.".
"Membantu? Sampai pelukkan segala?".
Dika menghela napas kasar. Mengusap wajahnya dengan frustasi.
"Sabai, ini hanya masalah kecil. Aku gak pelukkan sama dia, aku menariknya agar tidak jatuh. Dan tidak sengaja memeluk nya!. Gak sengaja sama sekali.".
"Jangan bohong, kamu tau dia menyukaimu. Tapi kamu selalu pura-pura gak tau. Dan masih membiarkan dia di sekitar mu?!. Atau kamu sebenarnya juga menyukai sekertaris mu itu!?".
"Sabai!".
Cukup sudah. Sabarnya sudah di ambang batas sepertinya. Ia menatap Sabai dengan kesal dan marah.
"Aku capek". Kata Dika kembali menguasai emosinya.
"Capek apa?".
"Sama kita, hubungan kita. Sikap kamu, over protective kamu! Cemburuan kamu yang tidak masuk akal!!". Kata Dika menekan kemarahannya.
"Maksud kamu? Kamu tau gimana aku, kan?".
"Kita udahan aja, hubungan ini ngebuat aku gila". Lanjut Dika.
"Terserah!". Dan Sabai langsung berlalu pergi begitu saja dari ruang kamar itu. Membuat Dika langsung mengerang marah sendiri di sana.
Pria itu langsung duduk di tepi kasur dengan amarahnya. Menatap emosi pada pintu kamar yang baru saja di tutup kasar oleh Sabai yang sudah pergi membawa amarah.
Memang sejak ia di tinggalkan oleh Rahma, ia tidak pernah bertahan lama dengan hubungan lainnnya. Termasuk dengan Sabai, ini baru beberapa bulan saja.
Sampai saat ini, masih belum ada yang seperti Rahma.
•••
Karena merasa jenuh dengan suasana kantor dan juga kesibukkan hari ini.
Setelah melakukan meeting terakhir, Dika memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak. Menyusuri trotoar jalanan ibu kota di siang hari. Melihat kesibukan ibu kota yang tidak pernah lelah.
Kendaraan berlalu lalang dengan silih berganti. Suara klakson saling menyaut satu sama lain. Dan ia tetap tidak merasa terganggu.
Kakinya terus melangkah tanpa tujuan. Ia tidak punya keinginan untuk menuju sekarang ini. Dirinya hanya membiarkan kaki yang menuntun sendiri. Sampai ia merasa lelah dan tenggorokan yang mulai kering.
Kakinya melipir ke sebuah kios kecil di pinggir jalan.
Ia langsung mencari air dingin, karena cuaca yang panas. Setelah membayar, ia langsung meneguknya sekali. Kemudian tiba-tiba matanya menoleh ke seberang jalan. Dimana sebuah restoran makan terletak. Namun, perhatiannya tidak tertuju pada restoran. Melainkan pada seorang gadis, berpenampilan lusuh bersama dengan seorang anak laki-laki yang ia tafsir berumur 7 atau 8 tahun.
Mereka sedang menggais-gais tempat sampah di sana.
Dika menghela napas, kakinya langsung melangkah menyeberangi jalan dengan hati-hati. Tepat saat tiba di seberang, ia berhenti.
Seorang perempuan berpenampilan casual, cantik, dengan rambut sebahu terlihat sudah berada bersama dua orang tadi. Ia terdiam, memandangi wanita itu tengah mengobrol nyaman dan terlihat riang.
Dika tidak bisa mendengar kan apa yang perempuan itu katakan. Tapi, perempuan itu tersenyum begitu riang. Lalu mengajak keduanya masuk kedalam Restoran tersebut.
"Kinal".
Seseorang yang baru saja turun dari sebuah motor memanggil nama perempuan itu. Ia langsung menoleh dan tertegun sendiri.
Jessica ?
Ia mengenal wanita cantik yang baru saja memanggil perempuan malaikat itu. Sebelum Jess menyadari kehadiran nya, Dika langsung memilih berbalik pergi dari sana.
Kinal.
Tiba-tiba nama itu langsung terbesit di hatinya. Ia hanya mengulum senyum sambil menggeleng kepala.
***
"Dika!".
Dika menoleh pada parkiran gedung apartemen. Dan mengernyit heran melihat Radit disana. Sahabatnya itu langsung berlari menghampiri nya.
"Ikut gue yuk, Jess malam ini ada launching produk baru. Gue gak ngerti dia bilang apa". Katanya langsung menarik nya menuju mobil.
Percuma juga ia menolak, toh Radit sudah mendorongnya masuk kedalam mobil.
Dan satu jam kemudian, ia sudah ada di salah satu gedung hotel berbintang. Saat masuk tadi, ia melihat sebuah banner panjang di pintu masuk. Fashion week, tertulis di sana dengan berbagai nama disainer. Dan sempat membaca nama Jessica juga disana.
Apakah dia sudah mengatakan jika Jessica pacarnya Radit seorang disainer?. Kalau belum sekarang sudah ia beri tau.
Radit masuk lebih dulu menemui kekasihnya. Meninggalkan nya sendiri berjalan di belakang. Katanya sudah sangat terlambat. Ia hanya bisa menggeleng kepala saja melihat sahabatnya itu.
Drt Drt Drt
Ponselnya tiba-tiba bergetar. Sebuah notif chat masuk.
Ia langsung mengambil dan melihat notif dari siapa itu.
Khalif : Abang, malam ini aku pulang telat ya. Ada pesta ulang tahun kawan.
Ternyata dari adiknya. Ia pun langsung membalas chat tersebut. Tapi, belum juga terkirim seseorang menabraknya dan membuat ponsel yang baru ia beli seminggu yang lalu itu mendarat di lantai.
"Sorry".
Ia menoleh pada si penabrak, dan sedikit terkejut saat melihat perempuan yang ia lihat siang tadi di depan restoran kini ada di hadapannya. Dengan muka bersalah ia meraih ponsel di lantai dan memberikan pada Dika.
"Sorry, gue gak sengaja". Kata perempuan bernama Kinal itu.
"Gapapa kok, gak ada yang pecah juga". Jika ada yang pecah juga, ia tidak akan meminta ganti rugi.
"Kalian saling kenal?". Suara Jess tiba-tiba terdengar dan entah sejak kapan sudah berdiri di samping Kinal.
"Enggak kok, gue gak sengaja nabrak dia tadi". Jawab Kinal dengan senyuman canggung.
Dika hanya mengangguk mengiyakan jawaban Kinal.
"O.. Kalau gitu kenalan dong". Celetuk Radit. "Kenalin, ini Dika, dan Dik ini Kinal sahabatnya Jess". Lanjut Radith memperkenalkan mereka berdua.
"Dika".
"Kinal".
Mereka berdua saling berjabat tangan. Saling melempar senyuman hangat dan ramah.
"Lo ingat gue pernah cerita tentang sahabatnya Jess yang bar bar? Ini manusia nya.. aw!". Perkataan Radit langsung berganti dengan mengaduh ketika Kinal sudah memukulinya.
"Tuh kan!. Gue gak boong". Sambung Radit.
Dika hanya mengulum senyum saja. Apalagi ketika melihat raut kesal dari Kinal dan senyuman malu gadis itu padanya.
***
Entah mengapa siang ini Dika ingin makan di restoran yang ada di sebuah mall dekat kantor.
Jadi, tanpa mengajak Radit ia langsung memutuskan kesana.
Ia memilih makan di salah satu restoran masakan itali. Hanya memesan pasta dan minuman air mineral.
Selesai makan, lagi ia memutuskan untuk berkeliling.
Sampai ia melihat sosok Kinal yang sedang duduk sendiri di salah satu restoran.
Jadi, tanpa berfikir dua kali ia langsung menghampiri perempuan itu dan menyapanya.
"Kinal".
"Dika". Ia mengulum senyum saat Kinal menoleh dengan sedikit terkejut.
"Kamu sendirian?". Tanya Dika.
Dan tepat saat itu muncul seorang pria berpenampilan rapi seperti eksekutif muda.
"Nal, maaf lama". Kata pria itu.
"Gakpapa kok". Jawab Kinal tersenyum. Dan pria itu kemudian melirik pada Dika. Lalu melirik Kinal dengan tanda tanya. "Oh, Fizi kenalin ini Dika. Pacar gue".
Otomatis Dika langsung mengernyitkan dahinya. Melirik Kinal dengan penuh tanya. Gadis itu terlihat seperti memberi kode padanya. Membuat ia langsung dengan cepat mengerti situasi.
"Oh, hai. Dika". Ia langsung mengulurkan tangan pada Fizi dan memperkenalkan diri.
"Fizi". Jawab Fizi dengan nada bingung dan pandangan tidak percaya.
Melihat itu, Dika langsung berinisiatif untuk mendukung kebohongan Kinal. Ia langsung merangkul pinggang gadis itu dengan mesra.
"Kita jadi pergi?". Tanya Dika dengan senyuman lembut dan mempesona.
Kinal kaget, memandangnya cukup lama. Bukan pandangan terpesona seperti kebanyakan wanita yang bertemu dengannya. Murni pandangan kaget karena tindakannya.
"Biar lebih meyakinkan". Bisiknya.
Kinal langsung terlihat rileks kemudian. "Zi, sorry ya. Gue gak bisa lama. Pacar udah jemput soalnya. Bye".
Pria itu terlihat mengangguk dengan pandangan bingung. Dika juga pamit, dan membawa Kinal bersamanya keluar dari restoran itu.
Setelah yakin sudah jauh dan tidak terlihat lagi, ia langsung menarik tangannya dari pinggang gadis itu.
"Sorry". Kata Dika.
Kinal mengulum senyum mengerti. Membuat Dika juga tersenyum.
"Gapapa, btw. Makasih ya". Kata Kinal.
"Makasih doang?".
"Ck, pamrih nih".
"Hahah" Dika tertawa pelan. "Sekarang udah gak ada yang gratis. Traktir makan gimana?". Ujar Dika.
Kinal mendengus, membuat Dika semakin terkekeh sendiri. Apalagi saat gadis itu mengangguk.
"Oke, gue traktir sebagai tanda terimakasih".
"Yes". Seru Dika senang.
Padahal ia baru saja selesai makan, tapi ia juga tidak ingin melewatkan kesempatan itu. Jadi, ia mengajak Kinal pergi dari mall itu. Mengajak makan di warung pinggir jalan. Warung Indomie langganannya dengan Radit.
Entah mengapa ia suka mengobrol dengan gadis itu. Kinal cewek yang aktif, perempuan itu tidak membosankan. Cerewet? Bawel? Iya. Padahal mereka baru kenal. Tapi, Dika sama sekali tidak terganggu. Padahal ia pencinta kesunyian dan risih dengan keramaian.
Tapi dengan gadis bergigi gingsul itu ia merasa semua terasa nyaman.