"Ihh! Kau menguping, ya?! Tidak sopan sekali!" Teriaknya kesal lalu mendorong Maxime keluar kamar, tapi pria itu dengan segera menyentil dahinya sampai Queenie meringis.
"Jawab saja aku, gadis manja! Aku punya tanggung jawab untuk melindungi mu dan jika aku gagal, Papa tidak akan pernah percaya padaku lagi!" Jelasnya.
Queenie menghela napas kasar lalu mengibaskan tangannya,"Oke. Pelakunya adalah Adam, dia anak hukum sama sepertimu, Kak. Ya, bisa dibilang kau seniornya."
Maxime mengusap wajahnya kasar. Dia memegang bahu Queenie dan meyakinkan adiknya kalau dia akan mengurus b******n itu. "Lalu, siapa Profesor Dou-"
Queenie dengan segera membekap mulut kakaknya. Dia menggeleng keras karena tidak ingin Maxime menyebutkan nama itu di sini. Nanti ada orang lain yang menguping dan itu bisa jadi bahaya besar.
"Queen! Apa-apaan!" Desisnya kesal.
"Kau yang apa-apaan! Jangan menyebut namanya keras-keras, lebih baik kau keluar!" Queenie mendorong Maxime agar segera meninggalkan kamarnya. Gadis itu mengunci pintu kamar tanpa memedulikan gedoran dari luar.
"Ah, sial! Kini ada orang lain lagi yang tahu!"
...
Hari-hari berlanjut seperti biasa. Sejak malam di mana Adam hampir memerkosanya, Queenie menjadi semakin waspada terhadap semua teman lelakinya dan juga ketika ia tidak sengaja berpapasan dengan Profesor Douglas, pria itu tampak seperti orang yang tidak mengenalnya bahkan sekali pun tidak membalas senyuman kaku Queenie. Profesor sialan!
Hari ini merupakan hari yang selalu Queenie tunggu, yaitu di mana pria yang dicintainya kembali mengajar. Dia sengaja datang pagi dan mengambil kursi paling depan tanpa memedulikan Mia yang ingin duduk dengannya di belakang. Ia dibutakan oleh cinta dan Queenie ingin sekali tinggal bersama Christian.
"Jadi, apa kalian sudah mengerjakan essai yang aku berikan Minggu kemarin? Karena tugas kalian hari ini adalah melakukan presentasi mengenai essai kalian dan semua data yang telah dikumpulkan."
Para mahasiswa tampak sibuk mengeluarkan isi tas mereka untuk mengumpulkan essai yang diminta, tapi Queenie masih setia berpangku tangan dan menatap memuja kepada Profesor Douglas yang tengah duduk di kursi sambil membuka halaman buku.
Seorang pria yang merupakan ketua angkatannya memberikan semua kertas ke depan Profesor Douglas dan membiarkan pria itu mengeceknya satu persatu. Alis Christian sedikit mengerut karena ia merasa ada yang kurang.
"Nona Anderson? Mana essai milikmu?"
Queenie lantas terkejut dari lamunannya lalu dia pun buru-buru membuka isi tasnya, tapi dia begitu ceroboh sampai menjatuhkan semua isi tasnya.
Sialan!
"Kau menyelesaikan essai mu, Nona Anderson?"
Queenie mendongakkan wajahnya dan menatap Christian tidak enak sebelum ia menggeleng kecil. Gadis itu menundukkan wajahnya karena merasa takut kalau Christian akan mempermalukannya di depan semua orang.
Christian menghela napas berat, dia menatap Queenie yang sejak dua Minggu ini menghantui pikirannya. Christian masih bisa merasakan rasa bibir Queenie di malam itu ketika dia hendak menolongnya dari tindakan pemerkosaan. Astaga, gadis ini sangat menggoda dan ia mesti menahan kuat-kuat rasa sialan ini. Apalagi, Queenie sering mengenakan gaun selutut yang memperlihatkan kaki mulusnya— menggoda Christian untuk mengusapnya seringan bulu.
"Temui aku di ruangan ku sesudah kelas berakhir, Nona Anderson. Aku akan memberimu tugas tambahan," Titahnya dan Queenie hanya mampu mengangguk sebelum kembali menyusun barang-barangnya yang terjatuh. Dia sangat bodoh karena melupakan tugas itu. Semalam dirinya ketiduran dan tidak jadi mengerjakan tugas. Kesialan macam apalagi ini?
Setelah kelas berakhir, Queenie menyusun barangnya lalu hendak melangkah keluar kelas, tapi Mia menghentikan langkahnya pelan. "Queen, kau kenapa tidak buat tugas? Kalau aku tahu, aku pasti akan membantumu mengerjakannya. Lihat sekarang, kau diberi tugas tambahan."
Queenie menatap wajah prihatin sahabatnya sebelum tersenyum kecil,"Tidak masalah. Aku ketiduran dan pagi tadi aku melupakannya."
"Mau aku temani ke ruangan Profesor? Aku takut kau malah kena marah," Tawarnya. Namun, Queenie hanya menggeleng sebelum melangkahkan kaki meninggalkan Mia yang masih menatapnya prihatin.
Gadis itu mengatur napasnya yang mulai putus-putus. Telapak tangannya berkeringat karena dia gugup dan takut. Demi Tuhan, dia akan berduaan di dalam ruangan dengan pria yang ia cintai! Bagaimana ini?!
Tok! Tok!
"Profesor Douglas? Apa aku boleh masuk?"
"Silahkan!"
Queenie menekan tuas pintu ke bawah lalu ia melangkah masuk. Dilihatnya Christian sedang duduk di kursi sambil menulis sesuatu di atas kertas. Queenie bergerak tak tentu arah sebelum akhirnya ia memilih untuk duduk di seberang Christian.
"Ehm, Profesor... Ja-Jadi seperti apa tugas tambahannya?"
Christian berhenti menulis. Ia menjauhkan penanya lalu melepas kacamata yang tadinya bertengger di hidung mancung yang ia warisi dari mendiang sang ayah.
"Sebelumnya, kenapa kau melupakan tugas pertamamu, Nona Anderson?"
"Aku... Semalam aku ketiduran. Maafkan tindakan ku, Profesor. Tapi tak akan aku ulang lagi."
Christian mengangguk kecil. Ia meneguk pelan ludahnya melihat ekspresi Queenie yang terlihat ketakutan— menambah gairah yang membuat lehernya seperti tercekik.
"Tugas tambahannya tidak sulit, Nona Anderson. Kebetulan ada yang ingin aku bicarakan soal putriku."
Iris biru Queenie menatapnya tanpa berkedip. Apa hubungan antara tugas tambahannya dengan putri Christian?
"Kenapa dengan Crissy, Profesor?"
"Dia terkena demam tinggi sejak tiga hari yang lalu. Saat ini Crystal masih dirawat inap karena demamnya belum juga turun," Jawabnya. Queenie mengedipkan mata beberapa kali sebelum menatap Christian prihatin. Pastilah Profesor ini sedang dilanda rasa khawatir yang berlebihan.
"Semoga putri Anda cepat sembuh, Profesor."
"Terima kasih, tapi..." Christian menatapnya tajam dan Queenie merasa ditelanjangi oleh tatapan itu. Ia menyelipkan rambutnya di belakang telinga dan duduk gelisah.
"Crystal terus memanggilmu, Nona Anderson. Aku tidak mengerti, dia benar-benar menganggap mu sebagai ibunya. Apa kau bersedia menemaninya hari ini?" Lanjutnya. Queenie terdiam karena bingung mau memberi respon apa. Dia kasihan melihat Crystal yang merindukannya, tapi dia tidak mau hubungan antara dia dan Profesor Douglas menjadi begitu canggung. Sungguh, Queenie hanya ingin mempunyai hubungan yang baik agar dia bisa lebih percaya diri.
"Ehm, apa itu tidak apa-apa, Profesor?" Tanyanya dengan suara yang kecil. Christian lantas menggeleng dan tertawa sumbang,"Astaga. Kau benar, aku konyol sekali. Lupakan saja permintaan ku barusan. Mengenai tugas tambahan mu, bisa kau ambil buku yang ada di rak itu?"
Queenie mengikuti arah pandang Christian pada rak yang letaknya di sebelah pintu. Gadis itu dengan segera bergerak ke sana lalu mulai membaca satu persatu judul buku yang tersusun rapi di atas sana.
"Buku apa, Profesor?" Tanyanya.
"Yang berwarna hijau, judulnya Modern Management."
Mata biru Queenie meneliti satu persatu judul buku yang diminta oleh Christian, tapi dia tak menemukannya.
Christian menatapnya dari belakang. Pria itu terpesona dengan Queenie dan tanpa sadar dia berdiri lalu melangkah tepat ke belakang Queenie.
Queenie tidak menyadari kalau Christian telah berdiri di belakangnya. Ia masih tetap fokus mencari buku yang dimintai oleh Christian, sedangkan Christian kini telah diam-diam menghirup aroma rambut Queenie yang harum seperti bunga kesukaannya. Ia memejamkan matanya untuk menikmati aroma harum dari tubuh gadis itu.
"Ah! Ketemu!" Queenie mengambil bukunya lalu berbalik ke belakang, tapi ia benar-benar kaget saat melihat Christian telah berdiri di belakangnya dengan wajah yang tidak bisa ditebak sedang memikirkan apa.
Kembali detak jantungnya mengencang dan posisinya saat ini sangat tersudut. Queenie memeluk buku itu di tangannya dengan mata yang tidak bisa fokus.
"P-Profesor Douglas, Anda sedang apa?" Cicitnya.
Christian menatapnya penuh arti, ia menyingkirkan rambut Queenie yang sedikit menutupi mata kirinya,"Jangan takut, Queenie. Aku bukan orang jahat."
Untuk yang pertama kalinya Christian memanggilnya dengan nama depan. Queenie semakin merasa aneh dan bingung, tapi dia tidak berusaha untuk melepaskan diri dari sana.
"Profesor... Anda kenapa?"
Mata birunya bergerak-gerak di depan Christian dan pria itu pun segera tersadar. Ia memundurkan langkahnya lalu mengusap wajah kasar.
"Maafkan aku, Nona Anderson. Kau boleh meninggalkan ruangan ku."
"Tapi, Profesor? Tugas tambahannya?" Tanya Queenie. Dia memberanikan diri untuk bertanya karena dirinya tak mau melakukan kesalahan lagi.
Christian terdiam sejenak sebelum berbalik menatapnya lagi,"Silahkan kau baca buku itu dan berikan padaku tanggapan mu Minggu depan. Silahkan keluar."
Queenie tidak banyak berkata lagi, dia pun segera melangkah keluar untuk menyelesaikan urusan kampusnya.
Christian kembali duduk di kursi miliknya lalu ia memejamkan mata.
"Sadarlah, Christian... Gadis itu tidak cocok dan tidak akan pernah bisa mengimbangi mu. Dia bukan perempuan jalang seperti Monica. Dia gadis baik-baik."
Christian membuka matanya, dia mengusap dagunya untuk berpikir keras,"Tapi Crystal membutuhkan gadis itu sebagai ibunya. Crystal ku membutuhkan dia."
Christian hanya tidak mengetahui sesuatu, dirinya lah yang lebih membutuhkan Queenie untuk menuntaskan fantasi liarnya tentang gadis muda yang lugu seperti Queenie Anderson.
TBC