"Jadinya mau pesan apa??" tanya Nayanika, tanpa peduli dengan ocehan Meisya tadi.
"Berikan yang paling mahal dan yang paling enak!" cetus Meisya sambil meletakkan daftar menu ke atas meja dengan agak kasar.
"Baik. Kalau begitu, ditunggu. Akan segera kami siapkan," ucap Nayanika, yang kini pergi dari hadapan sahabatnya sendiri.
"Pesan apa, Nay??" tanya Andre yang sudah siap-siap di dapur, untuk membuat pesanan.
"Mau yang paling mahal dan paling enak katanya," ucap Nayanika.
"Ah? Ya apa dong??" tanya Andre, karena takut salah.
"Macha latte sama beef bowl kan??" ucap Nayanika.
"Jadi, buat itu aja??" tanya Andre lagi.
"Ya iya," jawab Nayanika yang pergi untuk mengerjakan pekerjaan yang lain, saat customer yang benar-benar customer sudah datang.
"Ini, silahkan," ucap Annisa seraya menaruh pesanan milik Meisya.
"Kok kamu yang antar?? Waiterss yang tadi mana??" tanya Meisya dan Nayanika yang sedang mencatat menu bagi pelanggan yang lainnya, pun langsung menajamkan indra pendengarannya, saat mulai dari wanita itu berbicara.
"Eum, yang itu sedang melayani tamu yang lainnya, Kak," jawab Annisa.
"Ya udah. Bawa lagi! Dia yang layani saya tadi! Dia juga yang harus bawa makanannya ke sini!!" seru Meisya dan Nayanika nampak menghela nafas di meja lainnya sambil mencatat bahwa pesanan.
"Itu aja deh, Mbak," ucap pelanggan kepada Nayanika.
"Baik. Akan kami siapkan dulu. Mohon ditunggu," ucap Nayanika, yang cepat-cepat kembali ke belakang dan menempelkan kertas pesanan
, di dekat lubang yang langsung terhubung ke dapur.
"Nay, pelanggan yang tadi mau kamu yang antar ke mejanya dia bilang," ucap Annisa.
Nayanika menghela nafas. Lalu menarik nampan dan membawa pesanan Meisya tadi.
"Iya. Aku antar dulu," ucap Nayanika seraya bergegas untuk membereskan satu wanita, yang benar-benar mengusik ketenangannya.
"Pesanan datang. Ini silahkan," ucap Nayanika seraya menyajikan makanan di atas meja.
"Selamat menikmati," ucap Nayanika sembari hendak pergi. Tetapi Meisya malah menahannya.
"Tunggu dulu!!" seru Meisya.
Nayanika mengembuskan napas sembari mengerjap-ngerjapkan matanya dua kali. Apa lagi kali ini!??
"Iya. Apa ada yang bisa saya bantu lagi??" tanya Nayanika sembari menahan kekesalannya.
"Tunggu di sini. Aku harus memastikan, kalau makanan ini benar-benar steril," ucap Meisya yang mencoba beef bowl-nya terlebih dahulu dan langsung mengeluarkan ekspresi wajah yang aneh. Dahinya mengerut dan bibirnya pun mengerucut.
"Ini tidak ada rasanya!" cetus Meisya, hingga pekerja cafe lainnya segera menatap ke meja, yang ada Nayanika di sana.
Meisya pun kini mencoba minumnya dan ekspresi wajah aneh seperti tadi, malah muncul lagi.
"Pait! Ini sangat pait!" seru Meisya. "Makanan di sini benar-benar buruk!! Pelayanannya juga! Nggak ada ramah-ramahnya sama sekali!! seru Meisya, hingga semua orang yang ada di sini jadi terdiam.
"Mana Bos kamu! Saya mau bertemu dengannya!" seru Meisya kepada Nayanika yang hanya terdiam ini. Hingga pemilik cafe yang mendengar kegaduhan, sampai datang sendiri ke sana.
"Ada apa ini ribut-ribut??" tanya si pemilik cafe tersebut.
"Saya mau komplen!! Makanan dan minumannya tidak enak!! Tadi itu, saya sudah pesan makanan terbaik di sini, ke pelayan yang ini! Tapi, dia malah memberikan saya makanan yang tidak layak! Apa segini kualitas cafe ini!??" seru Meisya,
Pemilik cafe menatap sinis kepada Nayanika dan kemudian bicara kepada Meisya. "Maaf beribu-ribu maaf. Tetapi, kami di sini selalu menyediakan makanan dan minuman yang terbaik. Koki yang memasak pun bersertifikat. Kami tidak asal-asalan, dalam membuat usaha ini. Buktinya, cafe ini pun selalu ramai pengunjung. Tetapi saya tetap akan meminta maaf, apabila makanan dan minuman di sini, tidak memenuhi selera anda. Kami akan perbaiki dengan sebaik-baiknya."
"Pelayanannya juga kurang memuaskan! Sejak saya datang, dia bahkan nggak menyambut saya dengan baik! Senyum juga nggak!" ucap Meisya, yang kini menyasar langsung pada personal Nayanika. Dia, benar-benar ingin membuatnya hancur tanpa tanggung-tanggung.
Nayanika diam menunduk. Ia ingin sekali menimpali ucapan Meisya tadi. Tapi di sini sangat ramai. Ia tidak mau membuat keributan di tempatnya mencari nafkah.
"Maaf. Maafkan kami. Sebagai gantinya, tidak perlu membayar semua makanan ini. Kami berikan secara cuma-cuma alias gratis," ujar sang pemilik cafe.
"Jangan lupa pecat pelayan yang buruk ini!" ucap Meisya yang dengan terang-terangan menunjuk Nayanika, lalu mengambil tasnya dari atas meja dan keluar dari cafe tersebut.
Sang pemilik cafe nampak menahan kekesalannya dan berbicara kepada para pelanggan yang datang.
"Maafkan kami, atas keributan yang terjadi. Silahkan. Silahkan nikmati makanannya," ucapnya sambil tersenyum dan kemudian berbicara kepada Nayanika juga.
"Ayo ikut ke kantor!" cetus si pemilik cafe ini, yang langsung melangkah dan diikuti oleh Nayanika di belakangnya.
Di dalam kantor.
Pemilik cafe nampak berdiri di hadapan Nayanika sambil memberikan peringatan keras kepadanya.
"Ada apa sih dengan kamu?? Kamu sudah bosan bekerja di sini huh?? Kenapa kamu buat nama cafe ini menjadi jelek?? Kamu ingin membuat saya bangkrut atau bagaimana???" cecar si pemilik cafe.
"Maaf, Pak. Saya nggak bermaksud begitu. Tapi, saya cuma mau bapak tau, kalau yang tadi itu teman SMA saya. Dia memang punya masalah dengan saya dan tadi itu, dia sengaja, Pak. Dia emang berniat menghancurkan saya, Pak," ucap Nayanika membela dirinya.
"Saya tidak peduli mau teman SMA mau teman TK sekalipun! Tapi, semua hal tadi sudah sangat mencoreng reputasi cafe saya! Saya merintis usaha ini dari bawah. Saya tidak mau sampai hancur karena satu orang yang punya teman SMA. Jadi, mulai hari ini, saya berhentikan kamu!" cetus sang pemilik cafe dan Nayanika sontak menggelengkan kepalanya.
"Tapi, Pak. Apa bapak tidak bisa memberikan saya kesempatan?? Tadi itu karena dia punya masalah dengan saya, Pak. Jadi dia mengarang-ngarang cerita, untuk menjatuhkan saya," ucap Nayanika dengan memelas.
"Justru itu. Karena kamu punya masalahnya dengannya, cafe saya ini jadi terbawa-bawa. Kalau ada masalah, ya selesaikanlah di luar. Jangan cafe saya dijadikan tempat untuk saling menjatuhkan, sampai nama cafe saya ikut menjadi taruhan. Sudah cukup Naya, saya tidak mau ambil resiko yang lebih besar dari ini. Saya akan hitung gaji kamu bulan ini," ucap si pemilik cafe yang sesegera mungkin menghitung dan menyiapkan sejumlah uang, yang kini diberikan kepada Nayanika.
"Ini, ambilah. Ini gaji kamu yang terakhir dan mulai besok, jangan kembali lagi ke sini," ucap si pemilik cafe seraya menyodorkan amplop cokelat yang berisi uang gaji.
Nayanika menelan salivanya sendiri. Ia ambil amplop cokelat itu dan memeganginya.
"Terima kasih, Pak. Karena sudah pernah memberikan saya kesempatan, untuk bekerja di sini. Maaf, bila saya banyak salah. Saya pamit dulu, Pak," ucap Nayanika seraya berjalan keluar dari ruangan dengan langkah yang lemas.
Meisya benar-benar keterlaluan. Ia sudah hancur diawal. Tapi kenapa masih dihancurkan lagi??
Kesucian, pekerjaannya dan lalu, apa lagi setelah ini?? Kenapa dia begitu jahat? Padahal, ia sudah sampai merelakan segalanya, hanya untuk menutupi kesalahannya di depan suaminya itu.
Nayanika menarik dan mengembuskan nafas dengan panjang. Ia pergi ke loker dan mengemasi barang-barangnya, lalu berpamitan kepada rekan-rekannya yang lain.
"Nay, serius udahan??" ucap Annisa yang sudah berkaca-kaca matanya. Dia masuk bersama dengan Nayanika ke cafe ini. Tetapi malah Nayanika pergi keluar duluan.
"Iya. Maaf ya?? Kalau aku banyak salah. Buat kalian juga, maaf kalau aku udah buat keributan di sini. Semoga kalian semua sehat dan sukses semuanya. Aku pamit dulu," ucap Nayanika yang hendak pergi tapi direngkuh dan dipeluk oleh Annisa terlebih dahulu.
"Kamu juga sehat-sehat ya?? Semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang lebih, Nay," ucap Annisa.
"Iya, Nis. Makasih ya? Aku pergi dulu," ucap Nayanika seraya melepaskan dekapan temannya dan keluar dari dalam cafe.
Nayanika pergi ke motornya lalu melaju dan pergi dari tempatnya mencari nafkah, sambil sesekali menahan diri, untuk tidak menangis. Ini bukanlah akhir. Ia yakin, bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari ini. Ia akan mencari pekerjaan yang lain. Jangan menyerah, biarpun rasanya sangatlah melelahkan dan juga menyesakkan. Wanita yang sedang hamil, yang harusnya lebih banyak beristirahat di rumah. Tapi demi keluarganya dan demi anaknya juga, ia harus bisa dan juga kuat. Tidak boleh menjadi wanita lemah dan juga manja.