Enam Puluh Enam

207 Kata
*Author Pov* Suara riuhan penonton terdengar untuk menyemangati para pemain termasuk Juna. Namun jujur saja, bukannya merasa semangat, Juna malah semakin merasa tertekan dengan permainan yang di berikan tim lawan. Poin yang di dapatkan oleh timnya tidak cukup jauh tertinggal dan mereka hanya memiliki satu babak lagi untuk mengejar ketertinggalan poin. Juna melihat teman-temannya yang sudah terlihat kelelahan akibat permainan cepat mereka saat mengejar poin pertama. Dari bangku penonton, Kakak Juna juga Satria melihat Juna dan timnya dengan raut was was. Mereka tentu mengharapkan kemenangan yang akan di bawa oleh tim adiknya itu tetapi melihat tim lawan yang tidak memberi waktu untuk mengejar, cukup sulit untuk di hadapi. "Apa mereka bisa mengejar ketertinggalan?" tanya Kakak Juna pada Satria yang duduk di sebelahnya. "Tidak ada yang tidak mungkin selama permainan masih berlangsung. Walaupun terlihat cukup sulit untuk tim Juna menghadapi tim lawan, namun selama peluit pertandingan belum berbunyi untuk berhenti, mereka masih memiliki kesempatan. Sekecil apapun itu. Aku juga yakin kalau Juna juga temannya memiliki strategi yang bagus untuk melawan mereka." jawab Satria tanpa melepaskan pandangan nya dari lapangan. Juna menarik napasnya dalam-dalam, mereka memerlukan 8 poin lagi untuk menyusul. Jika ia bisa memberikan kesempatan untuk melakukan service kill, itu akan menjadi kesempatan sempurna mereka untuk membalikkan keadaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN