Enam Puluh Lima

205 Kata
*Author pov* Pertandingan pertama mereka sungguh sangat sengit. Baik Juna juga Genta, terkadang mereka pun melakukan kesalahan selama pertandingan. Suara bola sepak takraw yang saling di pukul terdengar di sepanjang permainan. Begitu juga dengan teriakan Alvan dari bangku pemain. "Fokus!" teriak Alvan yang entah sudah ia katakan cukup keras selama pertandingan. Permainan lawan yang selalu bisa membuat tim-nya kacau dengan pertahanan juga serangan slow selalu bisa membuat Juna geram. Di pertandingan awal, Gentah bahkan memutus kan untuk melemparkan bola itu ke sudut dan mengajak pemain itu untuk berkelahi, Genta selalu bangga dengan kehebatan berkelahi nya. Tentu saja Juna juga Radi langsung menghentikan acara bar-bar tersebut. Suara teriakan para penonton terdengar cukup meriah, mungkin setengah dari teriakan penonton adalah suara itu lawan. Juna mengatur napasnya, ia cukup kelelahan dengan bloking tim lawan. Seberapa pun ia mencoba untuk memasukkan bola ke tim lawan, mereka tetap bisa mengembalikan bola itu pada mereka. Melihat anggota timnya semakin tidak karuan, Alvan meminta pada wasit untuk memberikan waktu istirahat sebentar. Begitu pluit berbunyi, mereka semua menghampiri Alvan yang masih berdiri di depan bangkunya. Pria itu menggelengkan kepalanya pelan, "Aku tidak tahu kenapa kalian bisa bermain se berantakan ini. Apakah hanya ini yang bisa kalian lakukan?" mereka semua menggelengkan kepalanya sembari menunduk.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN