*Author Pov*
Mamah yang sedang asik melihat berita di TV, melihat Genta turun dari kamarnya dengan membawa tas sekolah nya yang terlihat lebih bersisi.
"Mau kemana kamu malem-malem gini?" Tanya Mamah heran.
"Mau nginep di kosan Radi."
"Nginep di kosan Radi kok rapih banget?"
"Mau ngapel janda tetangga di sebelah kosan Radi sih lebih tepatnya."
"Ohh... Hah? APA?!"
Genta langsung ngakak sekencang-kencangnya melihat ekspresi ibunya itu.
"Bercandaa, Mah. Ya kali Genta naksir janda."
"Awas kamu ya kalau macem-macem."
Genta nyengir sembari menghampiri ibunya. Ia mengecup singkat pipi Mamah, "Santai Mah. Ya udah Genta pamit nginep dulu ya. Genta nginep bareng Juna juga kok."
Mamah mengangguk, "Hati-hati."
Genta mengangguk paham lalu berjalan meninggalkan Mamahnya.
Jarak dari rumah Genta ke kosan Radi cukup jauh, kira-kira memakan waktu sekitar tiga puluh menit dari rumahnya. Tapi tadi Genta sengaja mampir ke toko martabak manis langganannya lebih dulu.
Wajah wanita yang sepertinya seumuran dengan ibunya muncul dari balik pintu kosa Radi, setelah Genta mengetuk pintu kosan yang berbentuk rumah rusun itu.
Senyum hangat langsung tersungging di wajah wanita yang masih terlihat cantik di umurnya yang mungkin sudah menginjak usia empat puluhan.
Genta tersenyum lebar, "Malem tante. Tenta ibunya Radi ya? sy temannya Radi tante. Ngomong-ngomong tante cantik banget, kebetulan Genta bawa martabak coklat - keju barangkali tante suka." ucapnya memperkenalkan diri yang cukup panjang.
Mamah Radi mengambil bingkisan itu dengan semangat, "Waah kamu tau aja tante suka sama martabak. Salam kenal juga ya nak Genta, tante gak bisa lama di sini. Martabak nya kalian yang makan saja ya. Kamu langsung ke kamar Radi aja. Anak itu lagi ngerjain tugasnya." jawab Ibu Radi ramah lalu ia pergi pamit lebih dahulu.
Genta pun mengangguk seraya mengucapkan terimakasih sebelum wanita itu pergi. Ia langsung menuju kamar temannya itu, dan benar saja Radi sedang mengerjakan tugas sekolah nya. Mungkin karena besok kami akan latihan tanding, jadi dia juga mengerjakan segala PR untuk besok agar tidak terkena masalah dengan guru.
Genta mendaratkan bokongnya ke atas kasur empuk milik Radi. Genta melirik Radi yang masih mengerjakan tugas nya, berbagai kata u*****n terdengar dari mulut Radi saat ia salah mengerjakan sisa tugasnya.
"Lo ngomong kasar gitu cuma di rumah aja apa di sekolah juga? Cewe inceran lo tau, mulut lo sekotor cucian baju?" Tanya Genta saat melihat Radi meregangkan tangan nya.
"Gue ngomong kasar kalau lagi nongkrong sama anak-anak cowok doang. Mulut gue masih bisa gue rem kalau ngobrol sama cewek."
Genta mengedik kan bahunya tidak peduli. Radi membuka pintu lemari pakaiannya dan mengganti kaosnya dengan kaos tidurnya.
"Lo nginep?"
Genta mengangguk cepat, "Biar cepet aja nyampe ke sekolah. Kan dari sini lebih deket dari pada rumah gw. Si Juna belum dateng?"
Radi kembali duduk di kursi meja belajarnya, ia menggelengkan kepalanya singkat.
"Kayaknya bentar lagi juga dateng." jawabnya kemudian.
Radi mengambil remote tv yang tergeletak di meja dekat tempat tidurnya lalu menyalakan tv di depannya.
"Gue mau curhat, Di." Ucap Genta tiba-tiba.
Radi mengerutkan keningnya, Ia meletakan punggung tangannya di dahi Genta, "Kaga panas."
Genta menepis tangan Radi kesal. "Anjir, gue serius ini."
Radi mengangkat bahunya, "Curhat apaan? Kaya cewe abege aja lo." seloroh nya sambil terkekeh.
Genta mendengus kesal, lalu Ia kembali diam. Ia bingung harus mulai dari mana.
Genta menggaruk kepalnya yang tidak gatal.
Anjir, gue beneran kaya cewek-cewek abege. Genta banget mulai dari mana.
"Gini, lo tahu kan akhir-akhir ini gw deket sama Riri?"
Radi menganggukkan kepalanya, namun tetap diam menunggu Genta melanjutkan ceritanya.
Genta menatap layar TV di depannya tanpa minat. "Gue mau mulai pdkt ke doi, tapi gue bingung mulai dari mana."
Radi menatap Genta sambil menaikan satu alisnya.
"Hah? Lo kan paling pinter pdkt. Maksud gue, lo kan gampang banget akrab sama orang."
Genta menggaruk kepalanya, "Tapi gue gak ngerti pdkt ke cewek yang bener-bener gue suka. Selama ini kan cewek-cewek yang deketin gue."
Radi melempar tisu ke Genta kesal. "Sombong amat."
Genta terkekeh pelan melihat Radi kesal.
"Tapi gue serius ini, tolong gue dong suhu."
Radi memutar bola matanya malas. "Gue aja lagi gak naksir siapapun, gimana mau bantuin lo, nyong."
Genta cemberut, "Ya kasih gue tips-tips laaaahh. Lo jangan mau menang sendiri dong, enak aja nanti lo punya pacar, gue jomblo. Gak terima gue."
"Lah, ambekan." Ucap Radi sambil terkekeh.
"Kalau saran gue sih, hajar aja bos. Sering ajakin jalan kek, atau lo bahas aja tentang sepak takraw, kan Riri sama kaya Rio demen banget olahraga itu, pasti banyak bahan obrolan lah." Lanjut Radi.
Genta melipat tangannya di belakang kepalanya.
"Langsung gas nih?"
Radi mengangguk yakin. Ia menepuk pundak sahabatnya itu pelan, "Selesai latihan tanding lo pdkt tipis-tipis, terus pas malam minggu ajak ketemuan aja."
Sejam kemudian Juna datang dengan membawa tas yang cukup besar, ia juga membawa camilan untuk mereka bertiga.
"Lagi pada ngomongin apa dah?" tanya Juna.
"Gue lagi galau, gue mau pdkt-in nih cewek sekarang apa kaga. Kata Radi sih mending langsung pdkt aja, tapi gimana ya? Gue bingung, Jun."
"Lo lagi naksir cewek? Siapa? Anak sekolah kita?"
Genta mengangguk sambil tersenyum kecil, "Yoi, dia anak sekolah kita, malah gw satu kelas sama dia."
"Jadi lo naksir temen sekelas lo?" tanya Juna memastikan.
Genta mengangguk lagi menjawab pertanyaan Juna.
Juna mengambil botol minumnya dan meneguk air itu hingga setengahnya.
"Terus apa yang lu pusingin? Gue setuju sama Radi, kalo lo naksir ya langsung pdkt aja."
Genta kembali menghela nafas berat, "Gue takut di kira cowok playboy."
"Pfffttt...takut di sangka cowok playboy? Emang lo mau pdkt nya modelan gimana sih sampe lo mikir klo lo takut di cap playboy?"
Genta mengedikan bahunya tidak tahu. "Ya gue takut aja man, gue takut kalo yang ada dia menjauh."
Juna mendengus geli mendengar pengakuan Genta, "Lo tuh terlalu banyak mikir. Kalo lo ntar-ntar mulu dan gak gerak sama sekali, yang ada ya cewek yang lo taksir udah di embat cowok laen."
Genta menatap temannya itu lalu kembali menatap layar ponselnya.
Juna menepuk pundak Genta pelan, "Udaah, lo chat aja tuh cewek. Jangan kebanyakan mikir."
Genta mendengus geli, ia lalu mencari kontak Riri dan mengirimi wanita itu pesan singkat, lalu menaruh ponsel itu ke tasnya. .
Genta lalu berdiri dan meregangkan kedua tangannya.
To Riri :
Ri, ini gue Genta. Lo lagi apa? Eh setelah latihan tanding selesai lo mau gak jalan-jalan sama gw?
*