Rio Pov
"Jadi gimana menurut lo?" tanya gw setelah sampai di warung dekat kosan Alvan.
Setelah latihan selesai, gw, Haqi juga Alvan memutuskan untuk berkumpul bertiga lebih dahulu untuk membahas tentang kedua anggota tim baru gw.
Alvan menyeruput kopinya pelan. "Seperti yang lo bilang. Mereka punya kemampuan yang cukup sebagai pemain pemula. Untuk latihan kalian selama ini, siapa yang menyiapkan nya? manajer kalian?"
Gw menganggukkan kepala, "Iya, karena gw dan Riri udah mengerti tentang sepak takraw juga banyak melihat berbagai macam pertandingan, jadi gw nyerahin jadwal latihan sama dia."
"Lo bawa jadwal latihannya?"
"Sekarang gw lagi gak bawa. Biasanya memang di bawa Riri, nanti gw minta kopian nya ke dia di rumah."
"Riri itu adik lo?" tanya Alvan yang gw jawab dengan anggukan.
"Oke, kalau gitu mulai senin nanti gw bakal mulai ngelatih kalian. Nanti lo poto aja jadwal latihannya, kalau menurut gw ada yang perlu di tambah atau di kurangi, gak masalah kan?" tanya Alvan lagi.
"Tentu. Karena lo udah jadi pelatih kami, untuk jadwal kedepan nya bisa lo diskusiin juga sama Riri." jawab ku langsung.
"Ngomong-ngomong, lo masih belum baikan sama Putra?" tanya Alvan sambil menghisap rokok di tangannya.
"Gak usah bawa-bawa nama itu lagi bisa?"
Alvan menaikan satu alisnya sambil menatap Haqi yang menjawab pertanyaan Alvan barusan.
Pria itu mendengus geli, "Lo masih sewot sama dia?"
Kali ini Haqi tidak menjawab, laki-laki itu hanya bangun dari kursinya dan pergi dari meja kami.
"Lo masih nyaman aja berteman sama Haqi." ujarnya sambil menoleh ke gw dengan cengiran gelinya.
"Gak usah bahas hal itu lagi, bisa makin ngamuk tuh bocah." kata gw sambil mencomot pisang goreng yang ada di meja.
"Lo sendiri? lo masih belum baikan sama Putra?"
"Buat apa? kayak dia pernah minta maaf aja ke gw."
Lagi Alvan mendengus, "Yaah, gw bisa maklum kalau lo masih berantem sama dia."
Kami berdua diam sebentar, saling berkutat dengan pikiran masing-masing.
"Lo tau kalau Putra gabung di klub sepak takraw SMA Pratiwi? klub sepak takraw sekolah yang selalu memenangkan kejuaraan antar sekolah dan daerah. Bahkan mereka sempat masuk ke babak penyisihan pertandingan nasional." ucap Alvan memecah keheningan kami.
"Terus? gw harus bilang wow gitu?" tanya gw malas.
"Bukannya Putra yang jadi alasan lo buat ikut pertandingan antar sekolah musim ini?"
Gw meneguk minuman soda yang tinggal setengah dengan acuh, "Kenapa lo mikir gitu? gw cuma mau Juna dan Radi punya goal supaya mereka tambah bersemangat."
"Yang bener aja. Kalau bukan karena Putra, gw yakin lo gak akan se ngotot itu untuk bawa anak-anak pemula itu untuk gabung dan langsung minta mereka untuk ikut pertandingan antar sekolah ini."
Gw menggaruk kepala gw cukup keras karena menahan kesal. "Kenapa jadi bahas Putra sih? perasaan kita ngumpul bertiga buat ngomongin tim gw deh, bukan bocah pengkhianat satu itu."
Akhirnya Alvan hanya mengangkat tangannya tanda menyerah. "Oke oke, gw gak akan bahas Putra lagi. Tapi ngomong-ngomong, mana Haqi? lama bener dia pesen minum doang."
Tidak lama setelahnya, Haqi muncul dengan membawa satu gelas besar es teh dan satu botol mineral dingin.
"Udah ngomongin si pengecut itu?" tanya nya sambil menaruh botol mineral itu di depan gw.
"Seperti biasa, lo udah kaya istri yang ngelayanin suami. Tau bener lo minuman Rio abis."
Gw dan Haqi memilih tidak menjawab pertanyaan Alvan.
*
Besoknya gw berencana untuk ngasih tahu anak-anak kalau latihan bersama Alvan bakal di mulai hari senin, tapi sialnya gw telat bangun dan berakhir dihukum berdiri di lapangan sambil hormat di depan tiang bendera karena telat.
"Lo tumben telat, Yo?" tanya Fajar yang duduk di meja depan gw.
"Biasa, gw begadang maen game."
Untung nya setelah Pak Jojo ceramah dan mengakhiri hukuman untuk murid-murid yang telat, pelajaran pertama di kelas gw kosong jadi gw gak perlu mendapatkan hukuman tambahan dari guru yang mengajar.
"Haqi mana?"
"Lagi ke ruang guru ambil tugas." jawab Jojo.
Gw cuma menganggukkan kepala.
"Eh Yo, gw denger-denger lo udah mulai latihan klub ya?"
"Yoi men, udah ada kali dua minggu lebih mah." jawab gw sambil memainkan game di ponsel.
"Kalau gitu lo ikut pertandingan antar sekolah dong? Sekolah kita kan ikut beberapa pertandingan, salah satunya basket yang selalu ikut pertandingan itu."
"Rencananya sih emang gw mau ikut tapi kalau kedua anggota tim gw belum siap, gw juga ga bisa maksa turun kan? lagian gw masih butuh anggota tim lagi."
Jojo mengangguk-anggukan kepalanya. "Gw punya kenalan anak kelas satu sih, beberapa hari lalu katanya dia pernah liat klub lo latihan. Lo mau gw kenalin? siapa tau dia mau ikut gabung di tim lo."
"Serius lo? boleh-boleh. Kelas satu apa? siapa tahu junior gw juga kenal."
"Kalau gak salah dia di kelas 1B, tadinya dia masuk klub gw, klub mading tapi katanya dia masih belum ngerasa sreg di sana."
"Namanya siapa?" tanya gw semangat.
Ini kesempatan untuk menambah anggota tim!
"Namanya Genta, lengkapnya Gentara Pramuda."
Gw pun langsung menutup game yang sedang gw mainkan lalu membuka w******p.
Riooo1 :
Ada yang kenal sama yang namanya Genta anak kelas 1B?
Junaaaa :
Kaga.
Riooo1 :
Serius gw, Jun.
Junaaaa :
Ya emang gw kaga kenal -_-
Radi_boi :
Genta anak mading?
Riooo1 :
Ohhhh! maaa boi! kenal?
Radi_boi :
Kenal.
Junaaaa :
Jangan ngaku-ngaku lo.
Radi_boi :
Emang kenal, njir! dia temen gw pas ospek.
Riooo1 :
Sip. Nanti anterin gw ketemu sama anaknya.
Radi_boi :
Kenapa? lo ada urusan sama dia?
Riooo1 :
Dia calon anggota tim kita yang baru!
Gw tersenyum lebar melihat reaksi yang diberikan Juna juga Radi.
"Ngapa lo senyum-senyum?" tanya Jojo heran.
"Adek kelas gw kenal sama yang namanya Genta, nanti paling gw samperin Genta sama adek kelas gw."
Saat kami sedang mengobrol akhirnya Haqi datang dengan membawa setumpuk kertas di tangannya.
"Wuiiihh! Bakal gak istirahat nih kita." celetuk Jojo saat kertas-kertas tugas itu mulai di bagikan Haqi dan Abela.
Selesai membagikan semua kertas pada anak-anak di kelas, Haqi pun duduk di bangku sebelah gw.
"Yang di grup itu bener?"
"Yoi, Jojo yang ngasih tahu. Kayaknya gw harus selesaiin tugas ini secepat mungkin supaya istirahat nanti gw bisa nyamperin tuh anak sama Radi."
Gw pun dengan semangat mulai mengerjakan tugas yang diberikan.
*
"Lo beneran kenal sama anak nya kan?" tanya gw pada Radi yang berdiri di samping gw.
"Beneran kok, gw juga udah chat anaknya kalau lo mau ketemu dia."
Gw cuma menganggukkan kepala. Kami berdua berjalan menuju kantin yang sudah ramai karena jam istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu.
Tadinya gw juga ngajak Juna tapi bocah itu bilang dia lagi di suruh sama Pak Ridho guru biologi. Jadi Juna bilang dia bakal nyusul begitu tugas nya selesai.
Jadi daripada lama nunggu Juna, Gw sama Radi pergi lebih dulu untuk ketemu sama Genta.
Radi berjalan ke arah tempat duduk yang ada di pojok kantin, dekat dengan taman kecil. Gw liat, di kursi itu sudah ada seseorang yang duduk sambil mengamati ponselnya, dan gw yakin kalau orang itu adalah Genta.
"Gen!" panggil Radi menyapa Genta dengan akrab yang membuktikan juga kalau Radi memang mengenal Genta.
Pemuda itu mengangkat wajahnya dari layar ponsel lalu tersenyum singkat saat melihat kedatangan kami.
"Lo udah baca chat dari gw kan?" tanya Radi yang di jawab Genta dengan anggukan singkat.
"Nah, ini Rio. Kakak kelas yang mau ketemu lo, yang gue kasih tau di chat."
Dengan semangat gw pun mengulurkan tangan gw ke Genta. Genta pun menerima uluran tangan gw, "Genta."
"Rio, dan lo mau kan gabung di klub gw?"
*