Di dalam kamar, suasana yang awalnya hanya diisi suara langkah pelan berubah menjadi riuh rendah percakapan. Hedy, duduk di tepi ranjang dengan ekspresi gelisah, memulai pembicaraan. “Kenapa ayah malah menyetujui pernikahan itu diadakan dalam waktu dekat begini?” Suaranya terdengar ketus, namun jelas mengandung rasa penasaran. Mila, yang tadinya sedang sibuk merapikan rambutnya di depan cermin, mendadak menghentikan gerakannya. Wajahnya yang semula dingin mulai mengeras, bibirnya menipis, dan tatapan matanya berubah tajam. Nada bicaranya meninggi begitu mendengar Hedy mengungkit topik itu lagi. “Apa pedulimu dengan mereka? Kamu masih peduli sama Sanvi? Hedy, hubunganmu sama dia itu sudah berakhir! Dan ingat, kita ini sudah menikah. Kamu suamiku sekarang!” Raut muka Mila penuh campuran