Sanvi melangkah pergi meninggalkan ruang tengah dengan wajah datar, seolah tidak peduli lagi dengan letupan emosi Mila. Namun langkahnya sempat terhenti ketika suara lantang Mila terdengar di belakangnya. “Kamu mau pergi begitu saja? Kita belum selesai, Sanvi!” seru Mila, nada bicaranya penuh tantangan. Sanvi menoleh perlahan, menatap Mila dengan sorot mata yang tajam menusuk. Ada ketenangan sekaligus ketegasan yang membuat Mila justru semakin tersulut. “Lakukan saja apapun yang kamu mau, Mila,” jawab Sanvi datar namun penuh tekanan. “Kalau menurutmu itu benar, silakan. Tapi ingat…semua tindak-tandukmu hanya akan membuat Ayah semakin marah padamu.” Kata-kata itu seperti tamparan keras, membuat Mila terdiam sejenak. Tatapan Sanvi tidak lagi bergetar seperti dulu, justru kini penuh deng

