Sanvi kembali mengusap keningnya yang terasa berdenyut, berusaha menahan diri agar Arshan tidak semakin khawatir. Namun tatapannya sempat goyah ketika menoleh ke arah suaminya. “Kamu kenapa? Jangan bohong,” suara Arshan terdengar lembut namun penuh penekanan. Sanvi menggeleng cepat, “Nggak apa-apa. Cuma capek.” Obrolan kembali berlanjut, ringan, meski pikiran mereka terasa tidak fokus. Saat Arshan menyinggung tentang Mila, Sanvi menjawab singkat. Tapi entah mengapa, saat itu mata mereka saling bertemu lebih lama dari biasanya. Tatapan Sanvi bukan lagi tatapan cemas atau lelah—ada sesuatu yang hangat, samar tapi jelas, seperti kobaran api kecil yang menyala dalam sorot matanya. Arshan pun mendapati dirinya terdiam, tak mampu mengalihkan pandangan. Ada sesuatu dalam tatapan istrinya yang

