Sesaat, hanya ada keheningan yang tebal. Arshan dan Sanvi saling menatap begitu dekat, jarak di antara wajah mereka hanya beberapa sentimeter. Napas mereka beradu, hangat, berirama cepat, hingga bibir keduanya hampir bersentuhan. Degup jantung Sanvi terdengar begitu jelas, dan Arshan hampir saja memutuskan untuk memagut bibirnya. Namun Kring! Kring! Suara dering ponsel tiba-tiba memecah momen intim itu. Sanvi tersentak pelan, buru-buru meraih ponsel di pangkuannya. Ternyata panggilan dari salah satu anggotanya. Dengan sedikit canggung, ia menggeser tubuh menjauh sebelum mengangkat. “Halo, ada apa?” Suaranya berusaha tenang. “Let, maaf mengganggu. Ada surat perintah mendadak dari atasan yang seharusnya Anda tandatangani. Kami sudah mencoba mengurus, tapi tanda tangan Anda diperlukan. B

