Rumah Martenez pagi itu tenang. Hujan rintik turun sejak subuh, membasuh taman belakang yang baru saja selesai ditata ulang. Daun-daun hijau tersapu embun dan matahari masih malu untuk muncul. Andini turun dari tangga tanpa suara. Rambutnya masih lembap, mata setengah mengantuk. Di meja makan, Ferdi duduk dengan koran yang terbuka tapi tak terbaca. Secangkir kopi mengepul di sebelahnya. "Nggak ke kantor?" tanya Andini sambil membuka kulkas. "Libur dulu," jawab Ferdi, suaranya berat tapi santai. "Aku masih betah dengan peran baruku." Andini meliriknya sekilas. "Peran yang mana, nih?" Ferdi menatapnya dengan senyum samar. "Peran sebagai suami dari wanita cantik sepertimu." Andini tertawa pelan. Waduh, pagi-pagi udah gombal," ujarnya dengan pipi bersemu merah. Setelah menikah denganmu,

