Roy turun dari kamar dengan jas santai warna abu-abu arang. Kemejanya rapi, jam tangannya berkilau. Tidak ada satu helai rambut pun yang salah arah. Ia duduk tanpa banyak bicara, mengambil teh dan mengangguk kecil ke arah Andini. Melati menyusul, tampil manis seperti biasa, dengan dress lembut warna lilac dan wajah segar. Ia duduk di sisi Roy, mengisi piringnya sedikit, sopan. Andini duduk berseberangan, menatap mereka sambil menyisip kopi, wajahnya netral. Ferdi membaca koran, seperti biasa. Setelah beberapa saat, Ferdi berbicara. “Roy. Aku sudah pikirkan soal permintaanmu.” Roy menoleh ringan, elegan. “Gimana, Pa?” “Soal penghapusan pasal itu. Aku setuju secara prinsip.” Melati nyaris tersedak pelan, tapi ia cepat menutup dengan senyum. “Tapi prosesnya harus benar. Herdi sudah ko

